Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Bukan Fiksi : Bila Bumi Dihuni 10 Miliar Manusia

10 Januari 2012   13:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:04 492 1

Saat membaca artikel tersebut, saya teringat diskusi 3 generasi antara : ayah saya, Felix Kusmanto dan saya sendiri.

Teringat juga saat saya kembali dari Jerman sebagai dokter, disambut oleh orang tua saya dengan pertanyaanbeberapa kasus.

Salah satu pertanyaannya “Apa yang terjadi dan apa yang sangat berperan di dunia kedokteran saat manusia berjumlah 10 miliar ?”. Tentu saja pertanyaan ayah saya berkaitan bidang pangan di Indonesia. Demikian juga Felix baru baru ini bertanya, “Apa yang terjadi dalam kandungan kacang kedelai untuk Indonesia yang berasal dari bioteknologi Amerika?”

Kembali ke 45 tahun yang lalu, saat saya masih kecil, dan sering main di Priang, Serpong, Tangerang. Daerah yang sangat luas pohon karet. Tetapi saat ini sudah menjadi kota modern. Sedangkan daerah lumbung padi di Krawang dan Tanjung Pura sudah menjadi susut akibat menjadi kawasan hunian maupun kawasan Industri.

Lalu saya berasumsi tentang total kebutuhan makan manusia, bila penduduk bumi 10 miliar . Bila tiap manusia anggap saja sangat minim butuh sekitar 2.500 kalori, maka dibutuhkan 25 trilun kalori per hari.

Dengan asumsi 25 trilun kalori per hari,  bumi harus memproduksi makanan setara : Bila nilai satu gram karbohidrat adalah 4 kalori, maka butuh 6,25 triliun gram karbohidrat siap saji. Nilai kalori karbohidrat dan protein adalah sama, maka butuhnya setara 6,25 triliun-gram protein. Bila nilai satu gram lemak adalah 9 kalori, maka dibutuhkan 2,8 triliun gram lemak. Bila nilai satu bungkus Indomie sekitar 400 kalori, maka dibutuhkan  62,5 miliar bungkus mie. Tentu saja manusia makan dengan komposisi yang idealnya dan tidak dimakan satu per satu item makanan.

Coba bayangkan, berapa luas tanah pertanian maupun luas industri makanan pada tahun 2020. Belum lagi bila kebutuhan dasar kalori di kalikan 30 hari per bulan. Dan tiap bahan makanan ini mempunyai masa panen beberapa bulan. Kemudian hasil netto produksinya hanya sekian persen saja, artinya sangat kecil. Karena itu produksi dipertanian atau dipeternakan, bisa berganda 3 atau 4. Lagipula harus ada industri penunjangnya seperti pupuk, listrik, gedung manajemen. Pertanyaannya adalah : “Cukupkah lahan pertanian di bumi ini ?”

Saya kembali kepada pertanyaan orang tua dan anak saya, : "Apa yang dilakukan manusia untuk mencukupi kebutuhan makanan ?" Haruskah manusia mengelola lautan dan universum sebagai sumber energi selain pengolahan tanah darat ? Atau haruskah manusia membuat tanah pertanian (sawah) seperti rumah susun, yang bertingkat ? Apakah benar bahwa negara adidaya sudah bersiap siap mengelola universum demi bahan makanan?

Tetapi yang pasti, bahwa bioteknologi dan biogenetika sangat berperan di masa depan. Dengan kata lain bahwa rekayasa bahan baku masa depan pasti sangat berperan.Dan, pastinya negara yang mampu menyediakan sumber energi dan sumber makanan, maka negara itulah yang akan berkuasa.

Lalu bagaimana dengan Indonesia ? Apakah Indonesia masih akan terus beradu agrumentasi dalam bidang politik? Maupun terus dalam euphoria mobil nasional ?

Semoga artikel ini berguna untuk kita semua terutama untuk para pemimpin negara Indonesia. Semoga generasi muda tergugah akan terus bertambah kerasnya kompetisi dalam karier maupun rumah tangga akibat sangat sulit dan mahalnya bahan makanan.

Dan sebagai penutup, negara manakah yang akan menguasai benih genetik pertanian maupun peternakan masa depan ? Yang pasti benih genetik masa depan akan lebih ampuh dan lebih mahal dari harga mesin perang di masa depan. Dan artinya pula, negara tersebut pasti akan mampu mempimpin dunia dimasa depan melalui benih makanan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun