Serial yang mengisahkan petualangan terbaru "fastest man alive" ini tayang setiap Kamis malam pukul 21.00 WIB. Sebenarnya serial ini sudah tayang sejak 7 Oktober 2014 di saluran The CW dan telah sampai pada episode terakhir (episode 23) untuk musim pertama tanggal 19 Mei kemarin.
Trans TV sendiri baru menayangkannya sejak 30 April yang lalu. Mungkin untuk mengejar ketertinggalan penayangan tersebut, Trans TV memutar dua episode setiap kali tayang. Terakhir, tanggal 21 Mei kemarin The Flash yang diputar disini baru memasuki episode 7 dan 8.
Film ini mengisahkan tentang Barry Allen (diperankan Grant Gustin), seorang pemuda yang berprofesi sebagai asisten penyelidik forensik di Central City Police Department. Dari pemuda normal Barry berubah menjadi "metahuman" alias manusia super dengan kemapuan begerak dengan sangat cepat. Kekuatan itu diperolehnya setelah ia tersambar petir akibat ledakan akselerator partikel di S.T.A.R Labs.
Selain Barry alias The Flash ada beberapa karakter pendukung yang membuat serial ini jadi tak membosankan. Ada rekan-rekan Barry di S.T.A.R Labs yaitu dr. Harrison Wells (Tom Cavanagh), dr. Caitlin Snow (Danielle Panabaker) dan Cisco Ramon (Carlos Valdes). Ada pula rekan kerjanya di kepolisian Central City seperti Detektif Joe West (Jesse L. Martin), Eddie Thawne (Rick Cossnet) dan putri Detektif Joe West, Iris West (Candice Patton).
Di serial ini juga muncul tokoh superhero DC yang juga punya serial TV tersendiri. Dia adalah Oliver Queen alias Arrow yang diperankan oleh Stephen Amell. Karakter pahlawan dengan ciri khas busur dan panahnya ini sempat muncul di tiga episode The Flash.
Sebagai pahlawan super tentu saja harus ada tokoh antagonis atau penjahat yang harus dihadapi. Kehadiran tokoh jahat dengan kekuatan super inilah yang membuat setiap episode menjadi semakin menegangkan dan menarik untuk terus disimak. Hampir semua tokoh antagonis dengan kekuatan super itu adalah orang-orang yang juga terkena dampak akselerator partikel seperti yang dialami Barry Allen.
Dari sederet tokoh dan pemeran dalam serial ini, ada satu tokoh yang menarik perhatian dan membuat saya kembali bernostalgia ke awal era 1990an, ketika saya masih SMP. Dia adalah John Wesley Shipp yang memerankan tokoh Henry Allen, ayah Barry Allen.
John Wesley Shipp adalah pemeran Barry Allen alias "The Flash" versi tahun 1990-1991. Kala itu The Flash versi jadul juga sempat diputar di salah satu stasiun TV swasta nasional di jam prime time. Meskipun efek khusus yang digunakan ketika itu belum secanggih sekarang, serial ini sanggup mencuri perhatian pemirsa TV Indonesia yang saat itu belum terlalu didominasi aneka macam sinetron seperti saat ini.
Bagi saya, diputarnya "The Flash" di salah satu stasiun TV swasta nasional ini menjadi pengobat rindu pada tontonan TV yang berkualitas, seru dan menghibur. Meskipun untuk konsumsi pemirsa TV namun kualitasnya, baik itu akting pemain, sinematografi, skenario, alur cerita dan spesial efek yang digunakan tak kalah dengan film layar lebar. Nampak sekali keseriusan penggarapan tiap episode, sama sekali tak ada kesan kejar tayang.
Ditayangkannya The Flash selain mengingatkan kembali pada serial serupa 25 tahun yang lalu juga menggugah memori saya pada keseruan dan keasyikan menyaksikan siaran TV awal era 1990an, terutama di waktu prime time. Sebut saja beberapa serial legendaris yang pernah diputar TV swasta nasional seperti MacGyver, Knight Rider, Air Wolf, 21 Jump Street dan Street Hawk.
Seiring dengan semakin majunya dunia pertelevisian dalam negeri didukung makin menjamurnya rumah produksi di tanah air, secara perlahan konten asing juga semakin berkurang. Bermunculanlah aneka ria film televisi dan sinetron dengan beragam tema mulai yang wajar dan normal hingga yang bertema kehewanan.
Belum lagi tayangan live mulai yang sopan dan mencerdaskan hingga yang mengumbar goyangan menggugah serta guyonan tak lucu yang memaksa kita untuk terbahak. Ada juga talent contest, dari yang serius dan to the point hingga yang tiba-tiba bisa berubah menjadi panggung drama. Kini masyarakat benar-benar dimanjakan dengan beragam tayangan televisi dengan beragam sensasi dan daya tariknya.
Saya tak bermaksud membanding-bandingkan mana yang lebih berkualitas, apakah tayangan lokal atau asing. Itu semua kembali kepada selera masing-masing yang tentu saja sangat subyektif. Tentunya masyarakat kita saat ini sudah semakin cerdas dan kritis untuk menilai dan memilih mana tayangan yang memang layak dan tidak layak untuk ditonton.
Semoga kehadiran The Flash di tengah sengitnya persaingan stasiun TV nasional dalam menarik pemirsa, dapat memacu insan pertelevisian dan perfilman nasional untuk meningkatkan kualitas program siar dan karya audio visual yang ditayangkan di layar kaca.
Yang jelas The Flash telah membuat saya kembali betah duduk lama di depan pesawat televisi untuk menyaksikan dan benar-benar menikmatinya sebagai sebuah tontonan bermutu dan menghibur. The Flash juga lumayan bisa menyelamatkan malam Jum'at dari tontonan berbau mistis dan klenik dengan roh, hantu dan sejenisnya yang entah mereka benar-benar hadir atau tidak, selalu dipaksa untuk ikut-ikutan narsis dan selfie di depan kamera.