Saat itu sekitar jam 8.30. Parkir sudah penuh, tapi aktivitas tidak terlalu sibuk. Saya menuju ruang Tilang. Di depan ruangan, banyak orang yang sedang ngantri. Ntah ngantri untuk nebus tilang, atau baru mau bikin SIM.
Saya langsung masuk ke ruangan, tersenyum manis pada bapak-bapak polisi dan bertanya dengan sopan.
"Pagi pak, saya mau nebus SIM yang di tilang".
"Ya, kemarin ditilang sama siapa?"
"Sama polisilah, masa sama tukang parkir!" kata saya dalam hati.
"Sama pak Edwin, bripka Edwin" kata saya pada si pak polisi,sambil menyerahkan slip tilang biru.
Setelah ketemu di antara tumpukan hasil tilangan, SIM saya dengan surat tilangnya diserahkan kembali ke saya. SIM itu dibungkus plastik kecil dan dihakter ke slip tilang. Saya liat ada sekitar 5 kotak dengan isi sekitar lebih dari 100an surat tilang per kotak.
"Urusnya di sana Dik," kata pak polisi menunjuk sebuah ruangan kecil.
Saya bersyukur dua kali. Pertama karena kekhawatiran bakal dikerjain tidak terjadi. Kedua karena muka saya masih dianggap tampang mahasiswa oleh si bapak. Mungkin mahasiswa S3 abadi.
Di dalam ruangan itu ada 2 orang polisi sedang ngobrol santai. Mungkin sedang membahas pembatasan BBM, saya kurang jelas. Setelah menerima slip tilang dan SIM saya, si bapak bilang "30 ribu, lain kali jangan minta slip biru ya".
"Ga pak, terima kasih." Saya langsung ngacir dengan happy. Keluar duit kok ya happy.