Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Terlalu Sunyi

2 November 2011   09:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:09 95 0
Lama ku nikmati sunyi
sendiri
tanpa rembulan
matahari
bintang
apalagi embun
apalagi kabut

merasa damai
tenang
terlalu amat sangat sunyi
hingga degup jantung pun terdengar sunyi
bersatu dengan ruang diam hidupku
tetap tenang di bilik kecil tempat ia semestinya berada.
sungguh, kubentengi diri dengan pagar yang telah kubangun ribuan hari
hanya untuk melindungi masa depanku dari duka masa lampau

suatu ketika
di simpang malam yang gelisah kau tiba tiba hadir
berdiri di pojokan
menenteng sebuah senyum
terlalu indah
menempel di dua ruas bibir tipismu.


saat itu, bagiku, kau sangat menawan hati...
terpasaklah renjanaku di awan
butirannya ikut luruh ke bumi bersama luluh hati ini
benteng itu runtuh dengan entengnya
melencengkan semua kesepakatanku dengan hati untuk tak lagi jatuh cinta
kau, telah sukses merenggut harga diri ini untuk bertekuk lutut di hadapan cintamu

malam itu, tak ada kemilau dari redupnya cahaya bintang
apalagi samar cahaya bulan yang kian sombong bertengger di atas nasibku
rinai gerimis tipis telah menepis itu semua
hingga aku tak peduli lagi pada bulan yang akan mati
atau pun pada bintang yang terus menarik diri
karena Tuhan, telah mengambil semua keindahan mereka
dan menempatkannya di hadapanku, dirimu.

Kita, bersama menganyam cinta dari serpihan masa lalu yang luka
merepih ragu dengan lugunya kita bercinta
semenjak kau ada, hidup adalah keindahan
dan cinta, adalah semangat baru.

Setengah dari semester kita merajut canda
yang lain kita pakai tiduri
yang lain kita pakai berjalan
setiap susuri malam, ia pengusir gelisah


tujuh kali kita bertemu
tujuh kali kita berpelukan
tujuh kali kita berciuman
tujuh kali kita bercinta
dan kini,,,
telah tujuh puisi kutulis untukmu
untuk setiap maaf,
untuk setiap salah
untuk setiap airmata
untuk setiap kepedihan
untuk perpisahan ini.

Maafkan aku yang telah tega melukai...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun