Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Gema Damai sang Raja

16 Februari 2011   08:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:33 102 0
Suatu hari, kala hujan telah setengah musim mengguyur rajin segenap permukaan bumi, dari Tempat-Nya yang Maha Tinggi, Tuhan melihat bahwa manusia semakin mengagungkan peradaban mereka sebagai hal yang luhur hingga mengesampingkan Dia. Dalam hati-Nya yang penuh cinta tapi cemburu, Dia menyaksikan bagaimana hasil ciptaan-Nya saling membinasakan satu dengan yang lain tanpa peduli pada hukum yang telah Ia tetapkan bagi mereka. Alam yang Ia ciptakan dengan begitu indah untuk memayungi segala kehidupan yang ada, dengan sengaja telah dirusak hanya untuk kepentingan sesaat. Manusia dengan sombongnya menghalalkan segala cara untuk berkuasa atas kehidupan yang lain. Mereka menjadi hakim agung atas pergumulan hidup orang lain, bahkan dengan tega melukai dan membunuh sesamanya hanya untuk memuaskan nafsu mereka untuk berkuasa. Kekerasan yang terjadi dan menimbulkan perih teramat sangat ini disebut manusia sebagai pendirian tonggak kerajaan Allah di muka bumi ini. Ke-tak segan-seganan mengatasnamakan Sang Pencipta oleh manusia untuk mensahkan ketega-an mereka sungguh adalah suatu hal yang tidak hanya menyedihkan hati Sang Pencipta, tapi juga semakin menambah coreng di daftar dosa manusia. Tidak hanya itu, seorang manusia kecil yang belum sewindu mengenyam pahitnya dosa menjadi manusia bertanya polos “adakah Tuhan Allah membolehkan semua itu terjadi? Lalu mengapa ia harus melarang manusia dalam hukum-hukum yang ia tetapkan?”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun