Berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, melakukan rapat dan koordinasi di beberapa nagari kecil, itulah yang dilakukan oleh “Presiden” Sjafruddin beserta kabinet daruratnya. Bersama rombongan, diikutsertakan stasiun radio portabel milik AURI untuk keperluan komunikasi. Dalam perjalanannya rombongan PDRI dipisah menjadi beberapa kelompok sesuai tugas masing-masing dan demi keamanan. Mobilitas tinggi dibutuhkan untuk menghindari Belanda yang makin gencar mengincar PDRI sebagai nyawa Republik yang masih tersisa. Namun pada 15 Januari 1949, rapat besar pimpinan Sumatera Barat di Situjuh Batur dapat diendus Belanda setelah mendapat informasi dari mata-mata mereka. Akibatnya beberapa petinggi pemerintahan dan beberapa pejuang lainnya gugur. Kejadian itu tidaklah membuat nyali kelompok lain ciut, mereka pun terus melakukan perjuangan dan menunjukkan ke dunia kalau Republik Indonesia masih ada.
KEMBALI KE ARTIKEL