Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Hablumminannas, Masih Adakah Kepekaan Sosial Itu?

20 April 2022   14:58 Diperbarui: 20 April 2022   15:02 767 3
Sebagai seorang Muslim selain sebuah kewajiban meningkatkan ketakwaan dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT, kita juga diwajibkan  untuk menjaga hubungan baik dengan sesama manusia. Ini yang disebut sebagai habluminannas.

Tidak akan lengkap hubungan manusia dengan Tuhan-nya (Ibadah), tanpa ada keseimbangan hubungan baik dengan sesama manusia. Bila lisan masih digunakan menyakiti orang lain maka akan sia-sia amal ibadah yang dikerjakan siang dan malam.

Tidak akan berkah rezki dan ibadahnya  seseorang itu apabila didepannya ada saudara atau tetanganya yang butuh pertolongan tapi tidak ia tolong, sementara ia mampu untuk itu.

Sebagaimana diperintahkan Allah dalam Al Qur'an terkait perkara Hablumminannas ini, yakni pada Surat An-Nisa Ayat 36 ;



"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."

Rasullullah bersabda :
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Kemudian pada Surat Al-Qasas Ayat 77 lebih dipertegas lagi ;



Artinya: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Intinya, hubungan baik dengan sesama manusia ini memang sangat ditekankan tidak saja dalam Islam, tapi juga di ajaran agama Samawi lainnya. Karena sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup secara individual, dia tetap butuh dukungan orang lain.

Hubungan baik dengan sesama manusia ini tidak hanya menyangkut bagaimana membangun komunikasi dan hubungan kerjasama dengan manusia lain, tetapi juga terkait kepekaan sosial terhadap lingkungan masyarakat. Terutama dilingkungan tempat tinggal.

Karena dalam kultur masyarakat perkotaan modern, masyarakat terkumpul secara heterogen, dari bermacam latar belakang kehidupan, ada yang hidup baik dan berkecukupan, tak sedikit yang hidup dalam kesusahan dan ketidak berdayaan. Maka di kota-kota besar perbedaan strata sosial ini terlihat begitu jelas. Maka ada istilah "si kaya bertambah kaya, yang miskin tetap dalam kemiskinanya". Karena tidak ada lagi rasa peduli, setiap orang menikmati hidup sendiri-sendiri, pola bergaul dengan kalangan yang sama rata sama rasa, sehingga jurang antara kaya dan miskin ini semakin melebar.

Coba saja seandainya ada sedikit kepekaan sosial dari mereka yang saban hari bergelimang kecukupan, yang terbiasa makan di restoran mewah atau caffe elit, sementara dijalanan sana banyak mereka yang jangankan makan enak dan mahal, untuk makan satu kali sehari dengan lauk seadanya pun mereka susah. Tentu merupakan kebahagiaan tak terhingga bagi mereka jika ada "sedikit saja" dari mereka yang mampu itu membawa sekantong KFC buat disumbangkan kepada mereka yang bersabung hidup di jalanan sana. Yah itu baru sekantong KFC yang secara harga tidaklah seberapa bagi mereka yang mapan ekonomi.

Bayangkan, dengan kepekaan sosial mereka yang berduit ini bisa membantu usaha saudara mereka yang susah, membantu membeli gerobak asongan misalnya, atau memberi bantuan pakaian dan buku sekolah, bukankah itu tak seberapa nilai rupiahnya, namun bagi mereka yang butuh tentu ini sebuah nikmat yang luar biasa.

Batapa banyak kita diperlihatkan potret di depan rumah makan, antara pemulung yang berkaki ayam dengan mereka yang tertawa-tawa makan didalam restoran tanpa ada rasa empati dan peduli apakah si pemulung diluar sana sudah berisi perutnya atau belum. Juga ada contoh lain antara dua tetangga, yang satu berkecukupan yang satu berkekurangan, yang satu memikirkan mau makan apa malam ini, yang satu lagi memikirkan apa yang mau dimakan bersama keluarganya hari ini. Coba kalau ada kepekaan sosial, tentu tak akan berat untuk sekedar berbagi lauk dan beras, tokh sebagai tetangga suatu saat pasti akan saling membutuhkan juga.

Tapi memang itulah kondisi zaman saat ini, empati dan rasa peduli itu benar yang seakan mati. Kepekaan sosial terhadap permasalahan manusia lainnya tak ada lagi. Manusia lebih memilih hidup sendiri-sendiri, padahal kalau mati nanti pasti butuh orang lain juga untuk menshalati dan menyelenggarakan pemakaman.

Tapi yah begitulah, semoga kita semua, saya dan para pembaca termasuk kedalam orang-orang yang memiliki rasa peduli dan kepekaan sosial terhadap lingkungan dan orang lain, sehingga dilingkungan kita terujud masyarakat yang Madani.

Kaki Bukit Indarung, April 2022


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun