Dalam dunia barat buruh/pekerja/worker dibagi lagi menjadi pekerja kerah putih (white collar) dan pekerja kerah biru (blue collar). Kerah putih bertanggungjawab pada managemen, administratif. Sedangkan kerah biru bertanggungjawab pada operasional.Sesuai tuntutan jaman operasional berlangsung hingga 24 jam/ 7 hari dalam seminggu sedangkan managemen administrarif cenderung 40 jam seminggu atau 5 hari kerja dalam sepekan.
Klasifikasi pendidikan memperlihatkan kerah putih rata-rata berpendidikan tinggi.Mulai dari SMA, S1,S2 hingga S3. Sedangkan buruh cenderung berpendidikan rendah (di bawah SMA). Walau kini pekerja kerah biru banyak pula yang berpendidikan S1 hingga S3. Umumnya mereka menjabat sebagai supervisor hingga direktur operasional.
Kerah biru dan kerah putih juga dibedakan dengan lahan pekerjaan. Kerah putih di lingkungan kerja kantoran. Dekat dengan PC,AC sehingga tampilan mereka KC. Sedangkan kerah biru dekat dengan identitas pabrik, tambang, lepas pantai dan tempat “berbahaya” lainnya. Bisa dibayangkan bagaimana “tampilan” mereka sehari-hari.
Namun dalam keseharian hidup maka kata “buruh” kini identik dengan mereka yang bekerja di pabrik. Definisi buruh menyempit pada mereka yang bekerja pada orang lain, pendidikan rendah, bekerja di tempat yang kotor dan berbahaya, dan, ini yang penting, hidup dalam kemiskinan dan penindasan. Sementara buruh kerah putih menjelma dalam bentuk kata “karyawan” atau pegawai.
Pendefinisian pekerja kerah putih (white collar worker) sebagai pegawai atau karyawan mengakibatkan hanya pekerja kerah biru (blue collar worker) yang dicap sebagai buruh. Setiap kita mendengar kata buruh maka imajinasi kita langsung menggambarkan orang yang hidup dalam ketergantungan dan hanya sepicis menikmati hasil pembangunan.Kata buruh menjadi berbeda dengan karyawan dan pegawai.
Setiap tanggal 1 Mei dunia merayakannya sebagai hari buruh. Barat menyebutnya sebagai May Day. Entah kebetulan kata May Day menjadi istilah situasi kritis dalam komunikasi penerbangan atau militer.Belakangan ini di Indonesia May Day diasosiasikan sebagai hari unjuk rasa para buruh. Ribuan buruh tumpah ruah di jalanan protokol Jakarta menyampaikan tuntutannya. Untuk pertama kali pula tahun 2014 May Day di Indonesia menjadi hari libur resmi.Mungkin maksudnya agar para buruh kerah biru bisa leluasa unjuk rasa. Sementara kerah putih, yang juga sebetulnya buruh, leluasa istirahat di rumah. Para kerah putih bisa leyeh-leyeh bersama keluarga sambil menyaksikan para kerah biru berteriak di bawah terik matahari memperjuangkan nasib buruh (ingat, kerah putih dan kerah biru adalah buruh). Kerah putih tak perlu khawatir unjuk rasa kerah biru memacetkan jalanan Jakarta yang sudah macet setiap pagi dan sore.
Mulai 1 Mei ini para aktivis buruh juga memperingati buruh bernama Marsinah.Marsinah tewas mengenaskan. Disiksa. Padahal Marsinah hanyalah aktivis buruh. Ia memperjuangkan nasib buruh yang diperas para pemilik pabrik di Sidoarjo Jawa Timur. Para aktivis memulai peringatan Marsinah dengan longmarch dari Jakarta hingga Sidoarjo.
Unjuk rasa ataupun longmarch di hari buruh adalah bagian dari usaha mengingatkan kembali bahwa buruh adalah bagian penting kesuksesan majikan. Hari buruh adalah hari KITA yang bekerja pada orang lain. Entah anda karyawan, pegawai, dosen, guru, manajer ataupun direktur.