http://creativealwayson.blogspot.com/2012/09/sakit-gagal-sudah-jatuh-tertimpa-tangga.html
Jika pada postingan yang lalu kita membahas kiat – kiat pengelolaan resiko yang intinya bagaimana usaha kita untuk tetap progress, tidak patah semangat, terhindar dari beban resiko yang tidak perlu dan justru mampu mengelola resiko sebagai bagian penting dalam peningkatan kualitas diri, dengan kata lain bagaimana kita mengambil sisi manfaat lebih banyak dibanding kerugian dalam pertemanan kita dengan makhluk yang namanya resiko ini. Kali ini kita akan bahas dua hal penting yang paling ditakuti dan dianggap resiko yang wajib dihindari, yaitu Pain & Fail, Sakit dan Gagal.
Setiap orang pasti pernah mengalami peristiwa sudah jatuh tertimpa tangga. Istilah ini menggambarkan keadaan sakit, menderita atau kerugian baik fisik maupun perasaan akibat kegagalan. Jatuh artinya resiko dari sebuah usaha. Tertimpa tangga adalah resiko susulan. Tapi persoalannya apakah kita bisa membedakan sakit karena gagal atau sakit untuk gagal? Atau lebih esensial lagi, apakah kita mampu membedakan antara sakit dan gagal. Karena seringkali ketika sedang merasakan sakit, kita tidak bisa memisahkan antara kendala dan kegagalan. Sakit yang diderita belum tentu indikasi kegagalan. Sebenarnya urusannya belum sampai gagal, tapi sakit membuat kita sudah merasa gagal.
Kalu begitu, yuk kita pahami dulu soal sakit ini. Sakit atau penderitaan bagi setiap orang bisa sama, bisa juga berbeda. walaupun sama rasanya, sama – sama tidak enak, tapi maksud Tuhan terhadap penderita tidaklah sama. Sakit judulnya, tapi temanya berbeda:
1. Sakit karena Ujian
2. Sakit karena kelalaian
3. Sakit karena hukuman
Ini sudah rules dn ketetapan mutlak yang tidak bisa diganggu gugat. Jadi responnya bukan dengan cara menggugat. Menggugat sama saja dengan pembangkangan. Membangkang dengan orang tua saja bisa dosa, apalagi membangkangi Tuhan. Sering tuh kita lihat di sinetron: Kenapa Engkau tega memperlakukan saya begini, apa salah saya, apa dosa saya Tuhan? Mana keadilanMU? Engkau Jahat, Tega..stop stop, bahaya kalu diteruskan, ntar kesamber geledek, naudzubillah min zalik, istigfar – istigfar..Kalau begitu paham kita bahwa setiap sakit ada maksud dan tujuannya. Kita juga paham jika karena sakit kita mengalami cacat, lumpuh bahkan kematian bukanlah resiko kegagalan.
Kegagalannya adalah pembangkangan terhadapan ketetapan Tuhan. Artinya jika ini yang terjadi, maka kegagalan terburuk yang sudah kita lakukan. Dengan demikian, barulah kita paham kenapa sampai muncul golongan Atheis. Sejatinya mereka adalah golongan yang lemah perasaannya, lemah kemampuan eksplorasi berpikirnya alias rancu berpikir, akibatnya hilang kebijaksanaannya dan berkeputusan terbodoh yaitu hidup adalah kegagalan. Bunuh diri juga bentuk kegagalan terburuk. Lemah jiwa karena lemah keyakinan bahwa Tuhan Maha penyelesai dari segala masalah dan penderitaan. Bagaimana kita membedakan antara sakit karena diuji, karena lalai dan karena hukuman. Mari kita simak:
1. Sakit Karena Ujian
Menderita dan sakit baik fisik maupun perasaan, menjalaninya dan berkesimpulan bahwa sakit yang dirasakan sebagai bentuk ujian adalah peringkat tertinggi dari manusia. Inilah salah satu tanda dari kemuliaan seorang manusia. Mulia adalah predikat dari kebijaksanaan. Mulia adalah kristalisasi dari tempaan proses kehidupan yang hakekatnya adalah cara unik Tuhan untuk mempersiapkan seseorang sukses dalam hidupnya. Mungkin pada kacamata manusia tidak diukur sukses, tapi penilaian Tuhan bisa jadi sukses. Sering kan kita dengar, orang baik itu cepat mati. Boleh jadi Tuhan sudah anggap dia sukses dan sudah cukup hidup didunia untuk mendapatkan hadiah kesuksesannya. Tinggal kita bisa atau tidak mengambil pelajaran dari kesuksesan orang itu. Mengambil pelajaran dari kemuliaannya tersebut.
Jika kita Menyikapi sakit sebagai ujian, maka kita akan sigap untuk menyiapkan diri agar mampu menjawab dan menjalani ujian. Kita mengkondisikan diri lebih ekstra karena keadaan siaga satu. Yang dihadapi bukan hal biasa, yang dihadapi adalah berupa tantangan. Posisi terbaik adalah memastikan sudah mempunyai visi (niat) yang benar, menempuh cara yang benar, bertujuan benar dan menerima semua tantangan untuk dilewati dan dinikmati. Enjoy the pain.
2. Sakit Karena Kelalaian
Sakit, derita dan rugi boleh jadi kita anggap kegagalan sementara. Tapi intinya sakit adalah bagian dari proses alamiah yang dinamakan Obstruksi kehidupan. Dokter dan ahli medis biasa menganalisa suatu penyakit dari rasa sakit yang diderita pasien. Rasa sakit sebenarnya tanda – tanda atau gejala adanya obstruksi atau penyumbatan. Yang harus dicari tahu adalah penyebab dari obstruksi tersebut.
Sebelum melakukan tindakan medis seperti operasi, pemberian dosis obat atau terapi tertentu, dokter terlebih dahulu akan menelusuri sebab – sebabnya untuk mengetahui bagian mana yang tidak lancar, tidak normal atau mengalami penyimpangan. Baik disengaja ataupun tidak, kelainan fungsi organ, penurunan mekanisme kerja hingga kerusakan yang terjadi biasanya disebabkan oleh kelalaian penderita.
Artinya rasa sakit mempunyai peranan penting untuk memberi peringatan bahwa telah terjadi proses penyimpangan, baik karena kebiasaan buruk, penerapan pola hidup yang tidak sesuai, tidak sehat atau tidak seimbang. Rasa sakit memaksa kita untuk mengetahui segera penyebabnya, mengobatinya dan membuat tindakan perubahan agar terhindar dari sakit. Ilustrasi diatas dapat kita terapkan dalam mengevaluasi keadaan sakit yang kita derita dan memperbaiki kelalaian yang telah kita lakukan.
3. Sakit Karena Hukuman
Untuk mengetahui apakah penderitaan yang kita alami sebagai bentuk hukuman, maka perlu memahami dan menghayati betul poin satu dan dua diatas. Jika sakit yang kita alami karena mengabaikan hal – hal tersebut, maka segeralah kita melakukan tindakan penyelamatan dengan memohon langsung pemegang otoritas kehidupan ini agar segera dicabut hukuman. Jalani saja penderitaan yang terjadi dan memohon untuk pemutihan, registrasi baru dan kesempatan kedua untuk menjalani hidup. Akui segala kesalahan. Merayulah dengan segela penyesalan dan kerendahan hati agar Tuhan memaafkan kita. Jangan seperti orang atheis yang pesimis, derita dalam derita, kosong tiada harapan bahkan menyalahkan Tuhan. Sudah bodoh, lemah, miskin, sombong pula. Kabar gembira yang selalu kita lupakan adalah bahwa Tuhan adalah Maha pengampun, Maha pengasih, Maha pemberi kesempatan dan Maha tahu apakah kita masih layak sebagai hambaNya. Masih layak tinggal di bumiNya, berkehidupan dan mendapatkan rejeki berupa kemudahan hidup sebagai alat mencapai kesusksesan. Kesuksesan yaitu diberi rejeki berupa kesempatan untuk mencapai tujuan kehidupan yang sempurana di dunia dan di Syurga kelak.
Sekian dari saya. Semoga bermanfaat dan menjadi hiburan bagi yang sedang sakit, menderita, bangkrut atau apapun bentuk kesusahan yang sedang kita alami. Biarlah kita terima kegagalan sementara dan tetap bersemangat menjalani hidup kreatif sebagai alat mencapai kemuliaan hidup yang sesungguhnya. Amin.