Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Anda Dokter Galau Dengan Karir? Baca Dulu Ini

11 Oktober 2013   20:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:40 1487 0



Mereview kembali peristiwa detik-detik kelulusan beberapa waktu setelah sumpah dokter terucap. (Sumpah dokter adalah momen semacam wisuda dimana kita dinyatakan telah lulus secara akademis dan birokrasi sehingga status kita telah diangkat sebagai dokter).





Mimpi dan cita-cita


Setelah lulus saya banyak berbincang tentang apa yang teman-teman saya ingin raih di masa depan. Ternyata mimpi para rekan sejawat sangat bervariasi, mulai dari menjadi sub spesialis hingga menjadi kepala daerah. Semua sah-sah saja, tergantung dari niat dan keinginan menjadi apa anda berpuluh-puluh tahun kedepan. Yang menarik disini bila kita ambil rerata dengan penelitian sederhana pada rekan-rekan sejawat saya, didapatkan hampir 70% dari mereka ingin melanjutkan sekolah spesialisasi bila ada rejeki, 20 % ingin S2 atau berkarir di struktural, dan lain-lain 10 % (pengusaha, kepala daerah, dokter umum saja bahkan ada yang hanya ingin jadi ibu rumah tangga). Disini jelas terlihat jenjang karir keprofesian masih mendominasi disusul jenjang karir akademisi dan lainnya.



Tahun-tahun awal setelah lulus


Kenyataannya, satu sampai tiga tahun awal setelah dinyatakan lulus adalah masa-masa dimana galau karir melanda, banyak rekan sejawat yang mulai bingung menetapkan arah berkarir di jalan yang mana. Dari 70% impian melanjutkan spesialis, hanya hitungan jari yang sudah berada di posisi tersebut, sebagian lainnya sedang dalam proses (mengumpulkan biaya, mengikuti tes, mencari rekomendasi, dll) sisanya mengurungkan niatnya dan mulai beralih mencari alternatif lain. Begitu juga dengan pilihan karir lainnya kondisi tidak jauh berbeda.






Sebaiknya tetapkan impian sedini mungkin, lalu fokus dan konsisten dalam mencapainya. Jangan sampai tidak ada target yang jelas, sehingga tujuan kita bercabang kemana-mana yang pada akhirnya kita hanya berjalan ditempat dengan kebingungan atau merasa salah jalan dan waktu yang terbuang percuma.

"if you fail to plan then you plan to fail"





Lihatlah seniormu dalam mimpimu


Saat anda bermimpi ingin menjadi sesuatu, pastikan anda enjoy saat telah berada di posisi tersebut. "Lha gimana caranya?" Mudah, tidak perlu menunggu sampai anda berada di posisi tersebut dan bila tidak suka anda tinggalkan. Lihat lah senior anda yang telah berada di posisi mimpi anda, amati kesehariannya dan tanyakan suka duka beliau di posisi tersebut, setelah mendapat cukup info, bayangkan apakah posisi itu yang benar-benar anda inginkan? Bila iya silahkan tancap gas, dan tanyakan kiat-kiat bagaimana hingga mencapai impian anda. Bila tidak, jangan buang-buang waktu cari jalan karir lainnya segera.





Impian, usaha dan resiko


Setiap mimpi tidak ada yang instan untuk diraih, mie instan saja harus direbus dlu (proses) sebelum bisa dimakan (hasil). Namun tiap mimpi memiliki resiko saat anda meraihnya dan usaha yang harus selaras dengan mimpi tersebut. Jangan hanya bermimpi besar tapi usaha minimal, sama saja seperti ingin memindahkan gunung menggunakan sendok makan.



Anda yang ingin menjadi spesialis harus siap bersaing dengan 70% dari rekan sejawat lainnya yang memiliki impian sama, berjuang saat menjadi residen, lebih keras mencari sumber pembiayaan sekolah dll. Atau anda yg ingin menjadi pengusaha harus rela memulai karir dan belajar di luar ilmu profesi yang telah ditekuni bertahun-tahun, siap akan jatuh bangun dalam membangun usaha dan lainnya.







Pada akhirnya apapun pilihan karir rekan sejawat sekalian, hendaknya jangan sampai meninggalkan total profesi yang telah kita capai selama ini. Karena inti dari tujuan profesi kita ialah sosial dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat.






Sejatinya tidak ada profesi yang lebih superior dari yang lain entah itu dokter, karyawan, pengusaha bahkan pemulung sekalipun semua tergantung dari niat anda dalam bekerja dan seberapa besar manfaat yang ditebar dari hasil kerja anda.





Semoga bermanfaat



Artikel diatas merupakan kutipan dari sini







Best Regards,


dr. I Nyoman Prabawa R



KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun