Selama lima tahun lebih menggunakan jasa operator nirkabel
Jaringan 3 Indonesia sebenarnya mbuaaa..nyak sekali pengalaman dan kesan menarik yang dapat diceritakan. Untuk menggambarkan kesan bangga dan puas selama menggunakan kartu SIM
Tri itu, kalau menggunakan bahasa milineal kira-kira cukup dengan satu kalimat singkat saja: "Keren abis..!". Itu memang bukan cerita "lebay". Karena pengalaman spektakuler penulis sendiri ketika pertama kali menggunakan
Jaringan 3 Indonesia satu hal yang membuat hati terkesima sekaligus tenang adalah masa berlaku kartu yang sangat lama. Saking lamanya sampai penulis dalam hati bilang: "ini mah sama saja berlaku seumur hidup..!". Masa berlaku kartu yang sangat fantastis itu semakin terasa jauh berbeda bila dibandingkan dengan kartu SIM dari operator "tetangga sebelah" yang masa berlakunya paling banter dua bulan. Kebayang enggak bagaimana rasanya.., seperti orang yang sedang makan di warung makan yang diburu-buru pemilik warung, karena sebentar lagi warung akan ditutup? Demikian pula masa berlaku paket datanya yang dibatasi hanya satu minggu. Jika tidak habis dipakai maka hanguslah sisa paket data. Ketentuan masa berlaku yang pendek tersebut sungguh membuat perasaan tidak tenang dan nyaman bagi para pengguna umumnya atau setidaknya bagi penulis. Maklum, terus terang kondisi kocek penulis memang cenderung memilih penawaran yang "murmer" alias murah meriah. He..he..he.. Itulah alasan pertama dan utama penulis kemudian beralih menggunakan
Jaringan 3 Indonesia. Sebagai contoh, terakhir penulis membeli paket AON atau
AlwaysOn (1,5 GB), sudah barang tentu harganya yang sangat terjangkau, dengan masa berlaku sesuai dengan masa berlaku kartunya tertera sampai dengan tahun 2055..! Ibarat di dunia politik disebut "siasat", atau di dunia persilatan disebut "jurus", maka menurut teori manajemen pemasaran, disadari atau tidak disadari, bahwa dengan ketentuan seperti itu sesungguhnya
Jaringan 3 Indonesia telah menerapkan strategi jitu yang disebut "
market approach" atau pendekatan pasar. Konon, strategi pendekatan pasar itu pula yang diterapkan pada awalnya oleh produsen mobil Jepang khususnya merk Toyota sehingga kemudian dapat mengungguli mobil produksi Amerika Serikat yang masih menerapkan strategi "
production approach" atau pendekatan produk. Bahkan pabrik mobil sekelas merk Chrysler dan Ford sempat "terseok-seok" sehingga akhirnya terpaksa harus gulung tikar karena kalah bersaing di pasar dunia dengan mobil
made in Jepang! Teori itu kini dibuktikan oleh
Jaringan 3 Indonesia sehingga saat ini perusahaan operator penyedia layanan jaringan itu telah berhasil menarik dan menggaet 32 juta pelanggan yang tersebar luas, tak kurang dari 33.000 desa, 3000 kecamatan dan 300 kabupaten di seluruh Indonesia.
KEMBALI KE ARTIKEL