Menurut falsafah lama orang Jawa bahwa rasa dalam arti sebagai “perasaan” atau “makna” sama saja dengan hidup atau merupakan hidup itu sendiri. Semua yang hidup memiliki rasa, dan semua yang memiliki rasa hidup. Atau semua yang hidup memiliki makna dan semua yang memiliki makna hidup. “Perasaan” merupakan salah satu indra, seperti melihat, mendengar, dan mencium. Meski dipandang terpisah, termasuk di dalamnya adalah kesedihan, kebahagiaan, firasat, rasa sakit, rasa emosi, begitu pula nafsu. Rasa sebagai “makna” digunakan dalam bentuk lain sepertti surat, lukisan, atau hal-hal yang tersirat, bahkan berkomunikasi. Demikian menurut penuturan Clifford Geertz, seorang anthropolog berkebangsaan Amerika Serikat dalam sebuah penelitian komprehensif yang dilakukan tentang masyarakat Jawa.