Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor

Ups.., yang Suka Tertawa Dilarang Baca

4 Mei 2015   18:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:23 130 0

Hari itu tetanggaku seorang nenek usia 63 tahun tampak gembira sekali mendengar kabar cucu ke empat dari anak laki-laki sulungnya telah lahir dengan selamat di sebuah rumah bersalin. Beberapa lama saat proses persalinan usai, seperti biasanya bidan yang menangani persalinan memindahkan bayi yang sudah dirapihkan dan ditidurkan di dalam boks di sebuah ruang khsusus untuk bayi. Dan ketika sang ayah yang sejak lama menunggu dengan perasaan tegang tak sabar lagi menghampiri untuk melihat bayinya, tiba-tiba bidan menggamit pundaknya lalu membisikkan sesuatu di telinga sang ayah sambil menunjukkan kaki sang bayi. Usut punya usut, rupanya bidan meminta dan menyarankan sang ayah untuk berhati-hati saat memberitahukan ibu sang bayi alias istrinya agar tidak “shock” karena bayinya perempuan mengalami kelainan bawaan, yakni sedikit bengkok pada salah satu telapak kakinya. Sang kakek yang sudah lebih dahulu tiba dan ikut menyaksikan kejadian itu, lalu menceritakan perihal tersebut kepada istrinya yang masih menunggu di rumah melalui telepon. Selanjutnya, giliran sang ibu yang sudah selesai dirapihkan bersama bayinya dipindahkan ke ruang lain khusus rawat inap. Tak lama kemudian sang nenek datang dengan sedikit tergopoh-gopoh menyusul ke rumah bersalin. Di dalam ruang rawat inap kakek, ayah dan ibu bayi tengah sibuk merapikan segala perlengkapan menginap dan tempat tidur ketika sang nenek tiba untuk menjenguk. Dengan tak sabar lagi perhatiannya tertuju kepada sang bayi, lalu ia pun meraba-raba kaki sang bayi yang masih terbungkus rapat kain selimut itu sambil –tanpa dinyana-- bertanya kepada semua yang hadir kebenaran perihal kaki cucunya yang mengalami kelainan. Mendengar hal itu, keruan saja kakek dan ayah hanya bisa melongo dengan raut muka sedikit cemas dan mengkhawatirkan kondisi psikologis ibuya yang baru saja menjalani proses melahirkan mungkin saja belum siap menerima kenyataan mengenai kaki bayinya itu. Tetapi semua bersyukur, karena apa yang dikhawatirkan itu tidak terjadi. Ibu sang bayi dapat menerima kenyataan buruk itu dengan hati sabar, apalagi setelah mendapat informasi dari rumah bersalin bahwa kondisi seperti itu masih bisa dilakukan rehabilitasi di poliklinik orthopedi. Sang kakek dan ayah hanya bisa berguman sambil tertawa getir: “Percuma saja scenario tadi diatur…”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun