Dulu, ketika seni pewayangan masih diminati bahkan menjadi bagian yang penting dan dominan dari kebudayaan masyarakat Jawa, tampaknya tidak banyak dari mereka yang mengetahui atau menyadari bahwa mitologi itu berasal dari negeri India. Mungkin karena pengaruh globalisasi dalam beberapa dekade terakhir ini pagelaran wayang tak lagi diminati atau malah nyaris dilupakan orang. Dalam waktu belakangan ini tiba-tiba masyarakat kembali menaruh perhatian pada seni wayang ketika sebuah stasiun televisi swasta menayangkan serial kisah Mahabarata. Diriwayatkan, pada awal masuknya agama Islam ke wilayah Nusantara khususnya di tanah Jawa semasa Wali Songo, kisah Mahabarata yang merupakan induk cerita seni pewayangan sempat mengalami sedikit modifikasi atau gubahan, konon untuk kepentingan dakwah. Satu fragmen yang tersohor hasil karya Sunan Kalijogo, salah seorang wali dari Wali Songo yang fenomenal dan kontroversial, adalah sebuah kisah berjudul “Petruk Dadi Ratu”, yang dalam dunia pewayangan lazim dikenal sebagai “lakon carangan”. Tak dapat dipungkiri bahwa kisah Mahabarata karya pujangga besar Walmiki itu bukanlah sekadar episode drama biasa, tetapi adalah sebuah hasil karya seni luar biasa yang sarat dengan makna dan pelajaran yang dalam tentang watak atau karakter manusia secara utuh dan lengkap berlaku untuk segala tempat dan zaman seperti benar-enar terjadi dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, lakon “Petruk Dadi Ratu” (Petruk Jadi Raja) secara analogis dan simbolis jika dicermati ada juga kemiripannya dengan kisah perjalanan karir politik seorang Joko Widodo, yang kini menjadi presiden Republik Indonesia ketujuh.