Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Pahlawan dan Matahari

15 November 2015   02:05 Diperbarui: 15 November 2015   07:39 26 0
Saya terkejut beberapa hari lalu saat seorang kawan lama -teman kuliah tepatnya- yang tiba-tiba mengirimkan pesan di ponsel saya dan bertanya, "Wah jadi pengurus yayasan sekarang? mau jadi pahlawan? hehe." jujur saya terperanjat, dalam hati saya berpikir pertanyaan dari kawan lama ini lebih pada bentuk sinisme, meskipun pada akhirnya saya yakin dan berpikir positif bahwa kawan ini sekedar bercanda, setelah tahu beberapa hari ini saya aktif di Yayasan Rumah Peneleh, yayasan yang diinisiasi dan dibangun atas dasar keresahan pada kondisi negeri ini.

Barangkali masih banyak orang-orang di sekitar kita yang masih berpikir bahwa hadirnya orang baik, atau yang dianggap baik, bahkan dianggap pahlawan sekalipun tak lebih dari rekam jejak self interest, hasrat untuk ingin dikenal dan dipuji orang lain. Atau embel-embel lain yang dianggap tak lebih dari sekedar pencitraan seperti seringkali dilakukan politikus dan mereka yang merasa punya kepentingan untuk meraih sesuatu.

Sinisme orang di negeri ini bukanlah hal yang luar biasa, bagi saya itu merupakan bagian dari dinamika di negara berkembang, dimana masih banyak orang yang kelebihan waktu untuk 'sekedar bekerja' dan meluangkan waktunya hanya untuk melihat dan mengkritisi orang lain di sekitarnya. Tak ubahnya dalam keseharian kita yang mengeluh di bawah terik matahari.

Meskipun fenomena seperti ini juga lazim di negara maju, dengan intensitas yang mungkin lebih sedikit, kita tak dapat seterusnya membiasakan hal ini sebagai kebiasaan yang hemat saya kurang baik, bagi sebagian orang mungkin kurang berkenan. Apa tak seharusnya waktu luang itu digunakan untuk mengkritisi pemikiran orang lain atau merefleksikannya dalam kehidupannya sendiri, bukan terhadap motif tindakannya yang bahkan kita sendiri tidak tahu, selama itu baik.

Sinis adalah gejala akut psikologis seorang yang dalam intensitas yang berlebihan malah akan mengkerdilkan pribadi itu sendiri, begitupun dengan negeri ini. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk negeri ini daripada hanya 'sekedar bekerja' lalu bersikap apatis dan berkomentar terhadap apa yang dilakukan orang lain.

Jika boleh saya meminjam fragmen dalam novel "Guruku Matahari Bangsaku" karya Dra. Afiah Ismy:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun