Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Ramadhan yang (Seharusnya) Membahagiakan

12 Agustus 2010   12:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:06 93 0

Alhamdulillah, hari kedua Ramadhan dapat dilalui tanpa hambatan. Saya jadi teringat masa kecil dahulu. Saat awal-awal belajar puasa. Waktu berbuka begitu dinanti. Saat maghrib tiba, gembiranya bukan main.

Saat ini, kegembiraan yang dirasakan tidak lagi seperti saat kecil. Kebahagiaan khas anak-anak yang jujur dan apa adanya. Namun demikian, kegembiraan, dan juga harapan untuk mendapatkan kebahagiaan tetap terasa.

Seiring tenggelamnya matahari terakhir bulan Sya’ban, Ramadhan datang kembali menyapa kita. Selain dikenal sebagai bulan puasa (syahr ash-shiyam), bulan ini sering dijuluki bulan al-Quran (syahr al-Quran) karena pada bulan inilah al-Quran pertama kali diturunkan, bulan yang diberkahi (syahr al-mubarak), pemimpin bulan (sayyid asy-syuhur), dan sebutan-sebutan lain yang merujuk kepada  kebaikan dan kemuliaan.

Setiap Muslim sewajarnya menyambut bulan suci ini dengan gembira, dengan menjalankan berbagai ibadah di dalamnya. Orang yang berpuasa dijanjikan kegembiraan oleh Rasulullah Saw, sesuai sabdanya: “orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan, yaitu kegembiraan saat berbuka, dan kegembiraan saat bertemu dengan Tuhannya..” (HR Muslim).

Tak dapat dipungkiri bahwa pada Ramadhan kali ini sebagian saudara kita masih atau baru saja dirundung duka. Mereka yang kehilangan tempat tinggal dan harta yang dimiliki lantaran teror tabung gas elpiji di mana-mana. Mereka yang hidup dalam puing-puing sisa gempa. Juga bagi mereka yang harus melewatkan Ramadhan di balik penjara, di rumah sakit, atau ditinggalkan oleh orang-orang tercinta.

Bagi sebagian besar korban semburan lumpur, Ramadhan kali ini pun, masih sama dengan Ramadhan-Raamdhan sebelumnya. Ketidakberdayaan yang menghantarkan ketidakpastian dan duka.

Di tengah kesulitan yang disebabkan oleh ulah manusia, di tengah himpitan ekonomi yang masih menyelimuti, mudah-mudahan Ramadhan masih bisa memberikan kegembiraan. Setidanya masih mampu memberikan harapan. Harapan yang dijanjikan Tuhan. Juga harapan yang tumbuh dari kepekaan dan kepedulian orang-orang yang berpuasa.

Ramadhan adalah bulan istimewa dibandingkan bulan-bulan lain. Puasa juga memiliki keistimewaan dibandingkan dengan ibadah lain. Mudah-mudahan puasa dan Ramadhan dapat menjadi momen untuk menjadi manusia yang tekun menjalankan ibadah ritual, dan peduli dengan lingkungan sekitar.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun