Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Melihat Timnas Main Bagus Itu Rasanya...

28 November 2012   15:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:32 1322 6
Saya mungkin bukan seorang pelatih, saya juga bukan orang yang paling ahli di bidang sepakbola, meskipun saya sering kali bermain sepakbola dengan teman-teman di sini sebagai klub amatir..

Tapi saya percaya saya punya cukup pengetahuan untuk menilai apakah timnas sepakbola kita bermain dengan bagus atau tidak, dan saya yakin banyak pula teman-teman di tanah air, entah itu yang hobinya sama dengan saya yaitu -main sepakbola- ataukah yang hobinya bukan -main- melainkan -komentar- tentang sepakbola , dan -nonton- sepakbola,
(sengaja ditulis supaya menjadi jelas definisi dari pernyataan :"hobi saya sepakbola", hehe..)
tentu bisa tahu kalau permainan timnas kita bagus atau tidak dengan menonton apa yang terjadi di lapangan.

Hari ini (28/11) saya akui, saya sangat terhibur menonton BABAK KEDUA pertandingan Indonesia vs Singapura di ajang Suzuki AFF Cup 2012. Bukan hanya karena kita berhasil menang sekaligus menghapus catatan tidak pernah unggul dalam 6 pertandingan di ajang AFF Cup dari negeri yang jumlah penduduknya tidak sampai 1/450 -nya Indonesia itu. Tapi karena kita memang bermain dengan cukup bagus, meskipun belum sebagus tiki-taka ala Barcelona dan hanya bermain melawan 10 pemain Singapura sejak menit ke-67.

Permainan Indonesia di babak kedua ini jauh lebih mengalir, tidak asal buang bola ke depan, lebih tenang dan lebih atraktif.
Tusukan-tusukan dan adu sprint yang dilakukan oleh pemain Indonesia bernomor punggung 21, Andik Vermansah pun kerap kali berhasil mengobrak-abrik pertahanan Singapura, baik dari sayap kanan, ataupun sayap kiri, hingga akhirnya berhasil memaksa bek kiri Singapura bernomor punggung 20, Irwan, menerima dua kali kartu kuning, hanya dalam kurun waktu kurang dari 10 menit.

Vendry Mofu, yang (katanya) kualitasnya masih kalah dari seorang pemain ISL langganan timnas edisi lalu, bermain bagus karena berhasil menjembatani aliran bola dari belakang ke depan, yang sepertinya kurang berhasil dijalankan oleh seorang Tonnie Harry Cussel Lilipaly kala Indonesia bersua Laos, Minggu kemarin.
Memang, ada kalanya Vendry beberapa kali memaksakan tendangan jarak jauh yang jauh dari sasaran (mungkin karena dia sedang LDR-Long Distance Relationship), tetapi performanya secara keseluruhan patut diacungi jempol.

Barisan pertahanan pun tidak kalah apik, meski harus diakui kita cukup beruntung karena crossing akurat Shi Jiayi yang berhasil ditanduk oleh Aleksandar Đurić masih menerpa mistar gawang yang dijaga Wahyu Tri Nugroho, tapi secara keseluruhan kita harus angkat topi buat mereka karena berhasil menjaga "kesucian" gawang Indonesia dan mencatat clean-sheet pertama untuk timnas kita di ajang ini.

Tapi sekali lagi, untuk menjaga mereka supaya tidak terbuai dengan kemenangan ini dan semakin baik lagi ke depannya untuk menghadapi laga "hidup-mati-jaga-gengsi" melawan Malaysia, saya berharap mereka bisa mempertimbangkan dan memperbaiki kekurangan yang menurut hemat saya, seharusnya WAJIB diatasi mereka, karena mereka adalah pemain PROFESIONAL yang DIBAYAR untuk bermain bola dengan teknik yang HARUSNYA LEBIH TINGGI dari seorang pemain AMATIR.

1) Stamina,
Ini selalu menjadi masalah klasik di setiap pertandingan timnas, dan ini menurut saya juga merupakan faktor pertama yang paling utama dalam sebuah pertandingan olahraga, apalagi cabor sepakbola yang memang sangat menguras fisik. Laga belum genap berusia 80 menit, tampak banyak pemain yang sudah kehabisan gas dan enggan untuk berlari dan bertarung memperebutkan bola yang berada di kaki lawan. Ingat, mereka ini pemain PROFESIONAL, sekali lagi saya tekankan. harusnya mereka bisa mengatasi ini karena memang inilah pekerjaan dan mata pencaharian mereka. Untuk apa mereka digaji klub yang notabene dahulu didanai oleh uang rakyat (APBD), kalau kemampuan staminanya saja tidak lebih baik dari mereka yang amatir ataupun hanya hobi bermain bola?

2) Setelah maju ke depan, malas kembali ke belakang untuk bantu pertahanan
Ya,inilah salah satu imbas dari stamina yang kurang. Para pemain akan malas dan capai untuk berlari mundur ke belakang dan membantu pertahanan ketika diserang, terlebih serangan balik cepat. Hasilnya, tidak perlu melirik yang dulu-dulu, cukup melihat gol kedua Laos pada hari Minggu kemarin. Hampir semua pemain maju untuk menyerang, begitu bola lepas, tidak ada yang berjuang berlari sekuat tenaga merebut kembali bola ketika bola masih berada di lapangan tengah, lawan pun leluasa merangsek masuk pertahanan dan bek kita pun sudah terlanjur kalah momentum untuk menghadang pemain lawan.

3) First-touch dan Dribble
First touch adalah sentuhan pertama, kontrol pertama seorang permain ketika menerima bola. Entah itu bola umpan pendek, umpan jauh, ataupun bola yang lepas dari pemain lawan. Dribble adalah cara pemain menggiring bola ke arah yang mereka inginkan. Dua skill ini juga selalu menjadi salah satu masalah klasik dari pemain timnas kita, padahal dua skill ini menjadi penting karena memang tanpa first touch dan dribble yang baik dan mumpuni, mustahil pemain kita menguasai permainan. Lihatlah klub Barcelona dan timnas Spanyol yang sebenarnya postur tubuh pemainnya mirip pemain timnas Indonesia, tidak begitu tinggi besar dan acapkali kalah postur dari lawan-lawannya, tapi berhasil menjadi klub dan tim yang luar biasa, kalau bukan yang terbaik. Ini semua jelas karena kemampuan tiap pemainnya yang memang luar biasa teknik dribble dan first-touch-nya. Harus saya akui, dua skill ini memang yang paling sulit untuk diasah oleh pemain, tapi lagi-lagi saya ingatkan, mereka ini adalah pemain PROFESIONAL. Harusnya apa yang sulit dikuasai buat orang awam, dikuasai oleh mereka dengan sempurna, bukan?
Maka, saya berharap ke depannya para pemain timnas bisa lebih sempurna lagi dalam melakukan first touch dan dribble ini.
Saya catat, minimal ada 2 peluang dari Bambang Pamungkas yang lolos dari jebakan offside dan tinggal one-on-one dengan kiper menjadi sia-sia karena first touch yang tidak sempurna, dan 1 peluang dari Andik yang melakukan fast counter di menit air tidak berbuah menjadi gol karena dribble yang kurang cermat dan kurang "lengket"  di kaki, sehingga bola bisa direbut oleh kiper Singapura.

4) Kurangi Bola Lambung Asal Buang & Tingkatkan Intelegensi dalam Pergerakan tanpa Bola
Lagi-lagi berkaca dari Barcelona dan Spanyol, lihatlah mereka bermain, tahu kalau POSTUR tubuh mereka KALAH dengan tim lawan, mereka sadar diri dan bermain tidak asal lempar BOLA LAMBUNG. Benar, mereka kadang bermain bola lambung, tapi itu mereka lakukan hanya jika pemain yang DITUJU itu BEBAS dari kawalan lawan dan bukan dalam keadaan duel. Lain Barcelona lain pula dengan timnas kita, sudah tahu kalau postur kita kalah dari tim lawan, MASIH SAJA main bola lambung yang asal buang dan syukur syukur sampai ke teman. Ini jelas harus segera dibenahi. Menurut hemat saya, ini terjadi karena memang kurangnya SUPPORT dan pergerakan TANPA BOLA dari pemain yang berada di sekitar si pembawa bola. Harusnya mereka lebih aktif bergerak mencari POSISI yang tidak hanya asal KOSONG, melainkan yang membuat si pembawa bola MUDAH mengoper bola ke mereka. Kembali kita lihat Barcelona, mana pernah kita melihat mereka sepanjang 90 menit main bola jauh asal buang terus-menerus? Kalau itu yang terjadi, bagaimana mungkin mereka bisa mendapatkan rata-rata 70% ball possession di tiap game? Ya, 70% ball possession itu bisa terjadi karena mereka memiliki pemain yang pergerakannya memang pandai dan penuh intelegensi sehingga mereka tidak mudah kehilangan bola, ketika kawan yang memegang bola kena pressure dari lawan, dengan cepat pemain yang lain mencari posisi yang ENAK untuk dioper. Bahkan, tak jarang gol mereka pun tercipta karena pergerakan pemain mereka berhasil membongkar jebakan offside yang diperagakan lawan. Ini perlu kita CONTOH. Memang untuk melakukan pergerakan tanpa bola terus menerus sepanjang 90 menit tidaklah gampang . Lagi-lagi STAMINA yang TINGGI sangat dibutuhkan untuk terus mampu bergerak ke sana kemari, dan sekali lagi sebagai pemain PROFESIONAL, harusnya seorang pemain timnas memilikinya.

5) Umpan Jarak Jauh yang Akurat
Sebenarnya kalau semua aspek di atas sudah dipenuhi, dengan umpan-umpan pendek saja tentu timnas kita sudah bisa menang, dengan catatan untuk  menghadapi pertahanan dari tim di level ASEAN. Jadi umpan jarak jauh ini bisa dikatakan sebagai pelengkap senjata timnas di kala menemui jalan buntu. Penggunaannya pun seharusnya, seperti yang diungkapkan di poin nomor 4 tadi, hanya bila pemain yang dituju benar benar bebas dan tidak berduel dengan lawan yang posturnya lebih besar dari pemain timnas kita, sehingga bola tidak mudah lepas dari possession kita.

Inilah apa apa yang perlu diperbaiki timnas ke depannya versi saya, sepakat atau tidak, silakan komentar dan beri penilaian bagi saya di kotak yang tersedia. Hehe..
Memang mungkin nanti akan ada yang bilang saya cuma bisa berteori saja, tapi ya memang inilah yang paling mungkin saya lakukan sebagai orang yang sekadar -main- sepakbola tanpa digaji; berteori untuk memberi saran bagi mereka yang DIGAJI untuk bermain sepakbola,  kecuali kalau Anda ingin menggaji saya sebagai pemain PROFESIONAL dan melihat saya main di timnas, tentu akan saya praktikkan teori saya ini selagi berlatih dan bertanding..hehe..
Akhir kata, meminjam kata Andik ketika di-interview kru RCTI tadi, para fans boleh benci KPSI, boleh benci PSSI, tapi janganlah membenci pemain dan timnas, karena mereka berjuang bukanlah demi KPSI ataupun PSSI, melainkan  demi tanah air kita, tanah tumpah darah kita yang SATU, Indonesia.

Berhenti menghujat, berikan kritik dan saran yang membangun, sehingga yang lemah akan tampak dan dapat diperbaiki

salam cuy.!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun