Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Anand Krishna Melakoni Ajaran Ahimsa dan Satyagraha Mahatma Gandhi

15 Maret 2011   08:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:46 716 0

Hari ini adalah hari ke tujuh Anand Krishna melakukan puasa makan didalam sel tahanannya di Cipinang dengan meninggalkan pesan:

“Biarkan saya mati kalau memang itu yang dikehendaki oleh pihak-pihak yang memunculkan dan membiayai kasus ini untuk membungkam suara kebangsaan, misi keharmonisan, dan kebhinekaan di Indonesia. Saya mohon kepada rekan semisi dan sevisi untuk melanjutkan perjuangan kita, dan tidak menyerah pada kekuatan-kekuatan yang sedang menghadang kita.  Salam Kasih”

Apakah ini merupakan sikap pasrah, ngambeg ataupun marah dari Anand Krishnaterhadap perlakuan Hakim yang semena-mena?

Tidak! Ini adalah pilhan perlawanan yang dilakukan Beliau menghadapi kesewenangan para penegak keadilan – yang selama ini selalu disanjung sebagai 3 profesi yang mulia selain dokter dan pendidik. Ternyata profesi mulia tersebut jugalah yang telah menjebloskannya ke dalam bui karena sang pelaku sudah bertindak tidak mulia lagi – tidak berdasarkan hati nurani tetapi berdasarkan ........!!!

Inilah ajaran ahimsa yang beliau praktekkan sekarang : ‘Tanpa Kekerasan’ yang merupakan hukum bangsa manusia, yang jauh lebih besar dan lebih tinggi dari kekuatan kekerasan.

Ahimsa berarti menolak keinginan untuk membunuh dan tidak membahayakan jiwa, tidak menyakiti, tidak membenci, tidak membuat marah, tidak mencari keuntungan diri sendiri dengan memperalat dan mengorbankan orang lain. Segala keinginan tersebut pada dasarnya mempunyai akar yang sama yaitu egoisme. Karenanya egoisme harus ditolak, sebab menjadi sumber perpecahan dan menimbulkan permusuhan.

Gandhi menambahkan: “ Kita hanya dapat memenangkan musuh dengan cinta, tidak pernah dengan benci. Kebencian adalah bentuk yang paling halus dari kekerasan. Kita tidak dapat sungguh-sungguh ahimsa jika masih mempunyai kebencian dalan diri kita”.

Ahimsa yang diajarkan Gandhi ini tidak hanya terbatas pada keyakinan atau sikap saja, tetapi lebih merupakan suatu keseluruhan hidup yang ahimsa – yang meliputi pikiran, tindakan dan kata-kata. Dalam artian menghindarkan diri dari tindakan, kata-kata dan pikiran yang melukai tetapi dengan sikap menyeluruh yang membangun, cinta, berbuat baik pada orang yang berbuat jahat kepada kita.

Salah satu unsur yang sangat penting dalam ahimsa adalah “pengorbanan diri”. Pengorbanan diri ini tidak diartikan sebagai keutamaan, melainkan sebagai usaha menolong membuat jera orang yang salah jalan dengan perlawanan tanpa kekerasan, dengan persuasi – agar segera menyadari kekeliruannya sehingga timbul kesadaran untuk kembali ke jalan yang benar.

Ahimsa merupakan dasar dan pedoman untuk bertindak – sedangkan Satyagraha merupakan tindakan konkret bagi pecinta dan pejuangkebenaran. Gandhi mengatakan:” Akar makna Satyagraha adalah berpegang teguh pada kebenaran dan mempercayai kekuatan kebenaran yang disebutnya sebagai kekuatan cinta atau kekuatan jiwa. Dalam melaksanakan Satyagraha, saya menemukan dalam tahap permulaan bahwa pencarian kebenaran tidak memperkenankan menerapkan kekerasan kepada lawan, sebaliknya harus menghentikan kesalahan lawan dengan kesabaran dan simpati. Kesabaran berarti pengorbanan diri – mempertahankan kebenaran bukan dengan membebani orang lain penderitaan, melainkan membebankan penderitaan kepada diri sendiri.

Seorang Satyagrahi akan menghindari kekerasan dalam bentuk apapun dan akan selalu mencoba mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, kemarahan dengan cinta, kebohongan dengan kebenaran dan kekerasan dengan ahimsa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun