Amerika Serikat ketika dibawah pemerintahan Ronald Reagan pernah menyerang Khadafy dengan peluru kendali, tapi Khadafy tetap hidup sampai sekarang, sedangkan Reagan sudah almarhum. Kekuasaan Khadafy tampaknya tidak tergoyahkan. Negara-negara Barat hanya bisa melihatnya dengan gemas, tapi tidak berdaya.
Secara mengejutkan, beberapa tahun terakhir Khadafy berputar haluan. Hubungan dengan negara-negara Barat mulai diperbaiki. Tampaknya ia sudah mulai menyadari,bahwa Libya harus memulihkan hubungan internasional yang selama ini terabaikan. Tampaknya ia mulai bertobat. Hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat mulai dibuka kembali. Tampaknya semuanya berjalan baik-baik saja.
Namun, pada bulan Januari 2011 badai demonstrasi yang dimulai dari Tunisia telah melanda negara-negara Timur Tengah. Setelah Tunisia, korban berikutnya adalah Mesir, Hosni Mubarak tumbang. Lalu merembet ke Yaman, Bahrain, Syria, Aljazair, dan Libya yang berjuang keras mempertahankan diri dari amukan badai demokrasi yang melanda Timur Tengah tersebut.
Yang paling parah adalah Libya karena yang pro dan anti pembaruan tampaknya seimbang. Perang saudara pun tak terhindarkan. Perebutan kota-kota di Libya pun silih berganti. Yang jadi korban adalah rakyat yang tidak berdosa. Khadafy tetap ngotot, tidak mau mundur. Lebih baik mati daripada meninggalkan Libya, katanya.
Perang saudara yang berkecamuk di Libya telah membuka peluang bagi negara-negara Barat untuk langsung terjun membantu pasukan anti Khadafy melalui serangan udara yang sangat gencar dan masif. Alasannya adalah untuk membantu rakyat Libya memerangi kezaliman yang dilakukan oleh Khadafy yang telah membunuh rakyatnya sendiri. Alasan formalnya adalah melaksanakan putusan PBB. Alasan sebenarnya adalah mungkin balas dendam. Alasan yang lebih global adalah melindungi kepentingan mereka akan supply minyak mentah dari Libya.
Tentu saja Libya bukan tandingan negara-negara Barat yang memiliki persenjataan yang canggih. Serangan berbagai pesawat tempur serta peluru kendali telah menghancurkan berbagai instalasi militer milik tentara Libya. Mimpipun tidak Khadafy bahwa Libya akan diserang oleh negara-negara yang baru saja berbaikan dengannya. Rupanya dendam negara-negara Barat baru terlampiaskan sekarang. Dan yang jadi korban adalah penduduk sipil Libya, bukan Khadafy.