Pusat perbelanjaan berlomba-lomba membuat dekorasi natal yang serba spektakuler. Masing-masing berupaya untuk menarik para pengunjungnya dan berbelanja di toko-toko yang memamerkan barang-barangnya dengan pelbagai pernak-pernik yang gemerlap.
Harga barang-barang pun diberikan potongan harga dengan judul yang heboh : Sale up to 70 % ! Padahal, tidak semua barang dijual dengan potongan 70 %. Atau diberikan potongan 70 % hanya untuk barang-barang yang kurang laku atau sudah jadi stok lama selama bertahun-tahun. Hal ini berlangsung terus selama Natal masih dirayakan.
Padahal, pada saat Yesus dilahirkan di kandang domba, penuh dengan segala kekurangan, tidak terpikirkan bahwa kelahiranNya akan dirayakan seperti sekarang ini. Yesus lahir bukan di rumah sakit mewah melalui operasi caesar. Justru Yesus lahir di tengah kemiskinan dan penderitaan.
Seharusnya umat Kristiani merayakan kelahiran Yesus dengan penuh khidmat, bukan merayalannya hanya untuk memuaskan dirinya sendiri. Ajaran Kristus yang selalu menekankan kasih abadi di antara umatNya kadang kala terlupakan di tengah gegap gempitanya perayaan Natal yang demikian dominan.
Seharusnya umat Kristiani selalu mawas diri di tengah masyarakat Indonesia yang plural. Terlampau menonjolkan diri kekristenan di tengah mayoritas umat Muslim juga akan memicu kecemburuan sosial. Tidak semua orang mempunyai toleransi beragama dan tidak semua orang mempunyai hati yang sama. Tidak semua orang memiliki kasih yang sama seperti Yesus. Selamat Hari Natal dan Tahun Baru 2011 !