Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Banjir Jakarta, Banjir Penduduk

23 September 2010   11:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:01 370 0
Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia yang dahulu pernah bernama Batavia dan Sunda Kelapa. Sejak zaman VOC (tahun 1600 an) hingga menjadi koloni Belanda memang Jakarta sudah menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan. Jakarta adalah kota pelabuhan yang sangat strategis sehingga menjadi rebutan di antara Inggris, Portugis dan Belanda pada sekitar empat abad yang lalu.

Perkembangan Jakarta yang sangat pesat hingga abad ke 21 ini diperkirakan telah dihuni oleh  penduduk sekitar 11,5 juta jiwa. Hampir tak ada lagi lahan kosong yang tersisa. Semuanya dimanfaatkan untuk tempat tinggal, hingga di kolong jembatan pun dijadikan hunian. Supermarket dan mal didirikan di tempat-tempat strategis sehingga menambah semarak Jakarta. menambah kesemrawutan Jakarta.

Setiap musim hujan, Jakarta selalu kebanjiran. Jalan-jalan macet. Lampu lalu-lintas padam. Jalan tol yang berarti jalan bebas hambatan yang melingkari Jakarta pun ikut macet. Adalah sesuatu yang aneh jika Jakarta tidak macet. Jalan-jalan di Jakarta akan lengang jika terjadi kerusuhan seperti peristiwa Malari tahun 1974 atau peristiwa Mei 1998. Dan biasanya, setahun sekali jalan Jakarta juga lancar, bebas macet, yang terjadi hanya pada saat Lebaran.

Banjir di Jakarta merupakan rutinitas yang sudah dianggap biasa oleh penduduknya. Apalagi bagi penduduk yang tinggal di tepian sepanjang Ciliwung, mereka sudah kebal banjir. Biasanya banjir datang dari hulu, yang dikenal sebagai "banjir kiriman" dari Bogor. Kadang-kadang ketika udara terang benderang, ternyata banjir databg tanpa diundang.

Malahan ada orang dari luar Jakarta yang menyindir bahwa memang Jakarta takkan lepas dari masalah banjir. Banjir akan selalu menggenangi Jakarta, karena di Jakarta banyak jembatan penyeberangan sehingga mengundang air untuk datang ke Jakarta.

Banjir Jakarta disebabkan karena sistem drainase yang buruk sehingga air hujan tidak mengalir ke tempat pembuangannya yaitu melalui Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur yang baru dibangun. Ditambah lagi dengan jumlah air yang masuk ke Jakarta dari Bogor telah menambah beban berat yang sulit ditampung oleh kedua Banjir Kanal tersebut.

Disamping banjir air, Jakarta juga banjir penduduk. Setiap habis Lebaran, dapat dipastikan penduduk Jakarta akan bertambah, Tak ada sensus mengenai pertambahan jumlah penduduk baru ini. Dengan bertambahnya penduduk musiman ini, maka beban Jakarta menjadi bertambah berat. Hal ini tidak bisa dicegah, karena Jakarta merupakan magnit yang menarik orang untuk berdatangan ke Jakarta.

Solusi untuk menanggulangi banjir air adalah disamping membangun Banjir Kanal Timur juga pemerintah daerah harus membangun saluran air raksasa yang mengalirkan air ke tempat pembuangan sehingga air tidak tergenang di jalan raya atau tempat pemukiman penduduk. Disamping itu, setiap perumahan yang dibangun oleh developer diwajibkan untuk membangun resapan air yang besar sehingga mampu mencegah genangan air yang berlebihan.

Sedangkan untuk mencegah tambahan banjir penduduk dari luar Jakarta, hanya bisa dicegah jika pemerintah Republik Indonesia berhasl memakmurkan dan mensejahterakan rakyatnya yantg bermukim di luar Jkarta sehingga mereka tidak tertarik lagi datang ke Jakarta. Dan tentu saja hal ini mungkin hanya bisa dicapai dalam mimpi indah di siang hari bolong.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun