Dewasa ini, isu kesehatan mental jadi hal yang membuat saya tersenyum geli , kerja baik tapi atasan tidak memberikan reward langsung update status di media sosial, terjebak macet 2-3 jam di Jakarta langsung memaki, pekerjaan diluar jobdesc tiba-tiba membuat burnout. Setelahnya, butuh healing dengan vakansi ke Bali atau ke Singapura yang menghabiskan uang jerih payah kerjanya. Lalu lebih parahnya, sifat sembuh tersebut hanya temporer, terobati setelah pulang liburan. Tak lama muncul kembali pada situasi yang sama, berujung pada Burnout datang kembali. Siklus tersebut mengalami repititif sampai tak jarang harus sampai berobat ke psikiater. Pertanyaan besar kemudian hadir kepada saya, mengapa itu terjadi kepada sebagian orang dan tidak terjadi juga kepada sebagian orang (termasuk saya).
KEMBALI KE ARTIKEL