Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Ordinary Coffee

26 Juli 2016   13:33 Diperbarui: 26 Juli 2016   15:59 89 7
“Aduh kang sakit, sakit,sakit...” teriakku lemah, seperti nyala lilin yang tinggal sedikit, melilit lalu terjepit. Dua bola mata mulai bergerak tak terkendali, bola-bolanya liar berjungkir balik, membuat yang putih merajai kelopak. Setali tiga uang dengan kaki dan tangan, mereka seakan kompak untuk memberontak melawan aku, kepalaku, syarafku, lalubergerak liar, hingga akhirnya...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun