“Aduh kang sakit, sakit,sakit...” teriakku lemah, seperti nyala lilin yang tinggal sedikit, melilit lalu terjepit. Dua bola mata mulai bergerak tak terkendali, bola-bolanya liar berjungkir balik, membuat yang putih merajai kelopak. Setali tiga uang dengan kaki dan tangan, mereka seakan kompak untuk memberontak melawan aku, kepalaku, syarafku, lalubergerak liar, hingga akhirnya...
KEMBALI KE ARTIKEL