Dengan wafatnya Muhammad saw., maka Allah telah menganggap bahwa Al Qur’an sudah sempurna dan tidak perlu disempurnakan lagi.
Karena itu Allah melarang siapapun tidak boleh mengurangi atau menambah perintahNya maupun laranganNya, menambah atau mengurangi yang dihalalkan maupun yang diharamkan sebagaimana yang dilakukan oleh pemuka-pemuka agama kaum Fir’aun dan orang-orang purbakala.
Allah berfirman :Telah cukup sempurna Firman Tuhanmu, penuh berisi kebenaran dan keadilan. Tidak seorangpun yang boleh merubah*) kalimat Firman FirmanNya. Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. (Q. S. 6 - Al An’aam – 115)
Allah berfirman :
Sampaikanlah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari kitab Tuhan-mu.**) Siapapun tidak boleh merubah*) kalimat-kalimat Firman- Nya dan engkau tidak akan mendapat tempat berlindung selain dari padaNya. (Q. S. 18 - Al Kahfi – 27).
* ) Merubah = Mendustakan, yakni menambah atau mengurangi yang diperintah maupun yang dilarang, menambah atau mengurangi apa-apa yang dihalalkan maupun apa-apa yang diharamkan, artinya menghilangkan apa yang ada atau mengadakan yang tidak ada, Firman-firmannya Allah.
**) Lembaran – lembaran Nabi, Zabur,
Taurat, Injil, Al Qur’an dll.
Sepeninggal Muhammad saw. ternyata kaumnya tidak berbeda dengan kaum Rasul-Rasul yang lainnya, sifat ingkar kepada Allah dan tidak mentaati RasulNya juga melanda kaumnya Muhammad saw.
Kebohongan fitnah dan kemunafikan selalu muncul tatkala Manusia mulai memperebutkan kekuasaan dan harta.
Pengikut-pengikut Muhammad saw. menghujat Kaum Yahudi, karena dinilai telah banyak merubah atau mendustakan Firman-Firman Allah didalam Tauratnya Musa as. dan Injilnya Isa as.
Tetapi sifat-sifat penganut-penganut Muhammad saw. sendiri tidak berbeda dengan Kaum Yahudi, juga melakukan perbuatan menambah atau mengurangi Firman-Firman Allah, serta tidak mentaati Muhammad saw. sebagai Nabi atau RasulNya.
Perebutan kekuasaan, saling bunuh membunuh, saling berbohong, saling memfitnah, saling merendahkan satu sama lainnya.
Untuk memperoleh pengaruh, mereka menulis yang menurut mereka adalah ucapan dan perbuatan Muhammad saw. dengan kapasitas sebagai Rasulullah. Kemudian tulisan tersebut sekarang dikenal dengan hadis. Menurut mereka sumber tulisannya diperoleh dari orang-orang terdekat dengan Muhammad saw.
Mereka yang kalah dalam perebutan kekuasaan, hadisnya kemudian dikatakan sebagai hadis palsu, sedangkan yang menang menyatakan bahwa hadisnyalah yang asli (shahih) dan dengan berbagai dalih dikemukakan untuk memperkuat hadis mereka.
Dengan menggunakan hadis sebagai dalil-dalilnya dan menyitir sedikit Firman Allah yang telah dirubahnya dan disesuaikan dengan misinya maka kemudian timbulah berbagai-bagai aliran (Madzab) didalam Islam.