Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

SPBU di Balikpapan Kalah Dengan Kios Bensin Eceran

2 Mei 2012   14:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:50 174 0
Cuaca di Balikpapan beberapa hari ini tidak menentu, cenderung lebih panas dari biasanya, kadang gerimis dan hujan tapi tetap panas. Dari AccuWeather yang jadi aplikasi bawaan ponsel saya, suhu udara di Balikpapan hari ini (2/5) berkisar 28° Celcius dengan 'real feel' 33° Celcius, peluang hujan baru akan terjadi pukul 1 dinihari (3/5).

Cuaca memang tidak bisa dipastikan, karena itu merupakan kehendak Tuhan sebagai pencipta dan pemilik alam semesta, manusia cuma bisa menerka dengan perkiraan melalui tanda-tanda yang diberikan-Nya. Wallahu alam.

Beberapa hari lalu, tepatnya hari Minggu (29/4), saya pergi keluar rumah dengan sepeda motor yang persediaan bahan bakarnya 'sekarat' alias mendekati habis. Sekalian jalan-jalan, sekalian beli makanan dan isi bensin pikir saya. Toh jalurnya searah, depot nasi goreng Arema di Jalan Soekarno Hatta arah ke terminal Batu Ampar.

Melewati depot Arema dikanan jalan, saya memilih untuk isi bensin dulu di SPBU dekat pertigaan arah ke terminal. Sesampainya disana... cuma truk dan mobil-mobil besar yang mengantri, tidak terlihat sepeda motor, juga tidak terlihat mobil ukuran kecil. Bagian Premium khusus sepeda motor tutup, tanpa ada keterangan apapun. Sepenglihatan saya, juga tidak ada sepeda motor yang keluar masuk untuk membeli Pertamax, yang tempatnya terhalang antrian truk dan mobil berukuran besar.

Agak kecewa juga... sambil tersenyum pahit melihat jam tangan yang menunjukkan hampir pukul 9 malam, cukup malam untuk ukuran Balikpapan di hari Minggu. Akhirnya pulang cuma dengan nasi goreng dan sekantong keripik singkong, tanpa bensin.

Keesokan harinya, Senin (30/4), saya coba pergi ke SPBU didekat rumah saja, daerah Kebun Sayur. Belum terlalu malam untuk hari Senin, baru pukul 7 lewat sedikit. Sesampainya disana... tutup. Memang, pintu masuk area SPBU belum ditutup, lampu-lampu juga belum dimatikan, tapi tidak ada petugas baik di jalur pengisian Premium maupun Pertamax. Cuma ada papan bertuliskan 'maaf, kuota premium hari ini habis' di pintu masuk sepeda motor, dan 'bensin habis, solar habis' di pintu masuk mobil.

Penasaran, pergilah saya ke SPBU terbesar di Balikpapan, di pertigaan Karang Anyar. Saya datang dari arah Rapak, putar balik di Pandan Sari luar. Sebelum putar balik sudah terlihat kalau SPBU tersebut sepi, sebagian lampu sudah dimatikan. Belum pukul 8 malam. Sesampainya di pintu masuk, rantai penghalang sudah dipasang dan ada papan dengan tulisan yang sama seperti di SPBU Kebun Sayur. Cuma ada beberapa sepeda motor, masuk lewat pintu keluar yang dijaga oleh seorang sekuriti, terlihat mengisi Pertamax.

Bukan saya tidak mau beli Pertamax. Saya punya pertimbangan logis, sepeda motor saya tidak memakai sistem injeksi. Pertimbangan lain, saya tidak suka dengan apa yang saya lihat; SPBU tutup kehabisan stok, tapi kios bensin eceran menjamur dan selalu punya stok. Ironisnya, kurang dari 100 meter dari SPBU Karang Anyar, berderet penjual bensin eceran dengan botol-botol dan jerigen yang penuh.

Permainankah? Entah. Saya tidak tahu. Saya baru 2 tahun tinggal kembali di Balikpapan... Banyak perubahan dan perkembangan yang tidak saya tahu, terlebih lagi saya jarang keluar rumah, karena pekerjaan saya memang dilakukan dirumah. Saya lebih sering melakukan kontak dengan teman-teman di Surabaya ketimbang teman-teman di Balikpapan, sekalipun sampai SMU saya bersekolah di kota ini.

Memang ada beberapa konsekuensi yang harus kita hadapi saat migrasi dari suatu tempat ke tempat lain, dari kota metropolis serba lengkap 24 jam non-stop ke kota kecil yang mulai sepi selepas pukul 10 malam.

Sebenarnya kurang tepat kalau Balikpapan disebut kota kecil, karena sarana dan prasarana kotanya cukup lengkap, bahkan berstandar Internasional seperti Sepinggan Airport dan Pelabuhan Semayang. Di kota ini juga ada Starbucks, J-Co dan restoran serta coffee shop lain yang umum seperti di Surabaya dan Jakarta, juga tempat 'nongkrong' yang ramai dengan anak muda.

Tapi, ada satu kesan tersendiri tentang kota saya ini, dimana semua datang terlambat dan menetap terlalu lama. Tahun 2000, ketika sebuah lagu menjadi hit di stasiun radio di pulau Jawa, lagu tersebut baru beberapa bulan kemudian dikenal di Balikpapan. Mungkin sekarang agak berbeda, mengingat akses ke media informasi tidak semahal dulu.

Pertengahan Maret lalu memang terjadi kepanikan luar biasa di Balikpapan, akan isu kenaikan harga BBM, diperparah dengan aksi penimbunan dan harga jual yang melambung. Ternyata tidak terjadi, ditunda setidaknya 3 bulan kedepan per 1 April 2012. Tapi, sepertinya kepanikan itu masih ada... para spekulan terkesan semakin gencar memborong stok Premium dan Solar dari SPBU, entah ditimbun atau dijual eceran. Entah, saya cuma bisa berpikir seperti itu saja...

Entahlah. Balikpapan cuma sebuah kota tempat penampungan minyak milik Pertamina, mungkin sama seperti Cepu. Atau mungkin kepanikan spekulan penimbun BBM memang berkelanjutan, entah.

(Balikpapan, 2 Mei 2012, malam yang panas)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun