Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Menggapai Atap Jawa

15 Juni 2011   04:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:30 90 0
jangan meremehkanku,ku sangat ingin sekali naik gunung. Aku tak tahan mendengar kalian bercerita tentang keindahan dan kecantikan gunung yang pernah kalian daki. Aku tak tahan melihat foto-foto indah yang kalian sodorkan padaku dan bau rumput dari bekas ransel kalian. Aku mau melihat sendiri. Aku mau menikmatinya sendiri. Aku mau melakukannya sendiri tanpa mendengarnya, menikmatinya dan menghirupnya dari kalian.?? Stasiun senen , jakarta awal perjalanan kami menuju kota malang dilanjutkan ke tumpang kemudian menaiki jeef dengan jalur sejuk n terjal untuk tiba di ranu pane. menjumpai ranu pane yang berpasir adalah awal pendakian dan perjalanan panjang kami hiruk pikuk para pendaki mencerahkan kami dan doa kami yg secerah langit yang biru cerah, secerah tawa anak-anak desa secerah hati para pendaki saat bersiap-siap untuk terakhir kali doa mohon perlindungan dirapalkan, menjelang tengah hari perjalanan dimulai Berkilo-kilo pasir kami bawa di tubuh dan paru-paru kami, pada ransel-ransel dan keringat kami, desa terakhir berkilo-kilo dibelakang, jembatan merah menanti di depan, sesaat terlintas wajah-wajah yang menanti yang semakin hilang dibalik perbukitan sedikit canda tawa mengisi kembali tabung-tabung semangat kami senja menjemput mataharinya, ranu kumbolo menanti.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun