Mohon tunggu...
KOMENTAR
Horor Pilihan

Ibu Malam Part 2 - Kutukan Kota Asmara, Kembalinya Ibu Malam dan Cinta yang Lahir Kembali

13 Agustus 2024   15:24 Diperbarui: 24 Agustus 2024   06:34 81 3
Hujan deras telah berlalu, dan pagi yang cerah menyambut Raka yang berdiri di tepi kolam renang. Suara air yang beriak tenang membuatnya merasa damai, jauh dari bayangan kelam Kota Asmara dan Ibu Malam yang masih menghantui pikirannya. Raka telah kembali ke kehidupannya yang biasa sebagai seorang atlet renang, mencoba melupakan mimpi buruk yang hampir merenggut jiwanya.

Namun, luka-luka kecil di tubuhnya yang belum sepenuhnya sembuh selalu mengingatkannya pada malam mengerikan itu. Meski begitu, Raka berusaha mengalihkan pikirannya dengan berlatih keras setiap hari. Kolam renang menjadi tempat pelariannya, di mana ia bisa melupakan semua kecemasan dan kembali fokus pada tujuannya.

Pada suatu sore, setelah latihan, Raka duduk di pinggir kolam renang, menikmati kesunyian sambil membaca sebuah buku. Tak jauh dari situ, seorang gadis dengan kacamata besar dan rambut cokelat tergerai tengah sibuk membaca di bawah pohon. Wajahnya cantik dengan aura yang tenang dan cerdas, membuat Raka merasa tertarik untuk mengenalnya.

Keberanian muncul di dalam dirinya, dan ia memutuskan untuk menghampiri gadis itu. "Hai, kamu sering lihat aku latihan di sini?" tanya Raka, mencoba memulai percakapan.

Gadis itu mengangkat wajahnya dari buku dan tersenyum manis. "Iya, aku sering datang ke sini untuk membaca. Namaku Saskia."

"Raka," balasnya sambil duduk di sampingnya. "Kamu suka baca buku, ya? Apa yang sedang kamu baca?"

Saskia tersenyum lebih lebar, menunjukkan antusiasmenya. "Ini buku tentang mitologi kuno. Sangat menarik, terutama tentang dunia-dunia lain yang tersembunyi di balik realitas kita."

Kata-kata Saskia membuat Raka tertegun sejenak. Dunia-dunia lain, pikirnya, mengingat kembali pengalaman mengerikan yang pernah ia alami. Namun, ia mencoba mengabaikan rasa takut itu dan melanjutkan percakapan dengan Saskia. Semakin mereka berbicara, semakin Raka merasa nyaman dengan kehadiran Saskia. Gadis itu cerdas, berwawasan luas, dan memiliki pesona yang sederhana namun memikat.

Hari demi hari, Raka dan Saskia semakin akrab. Raka merasa ada sesuatu yang berbeda ketika bersama Saskia. Ia mulai merasakan kembali kebahagiaan yang lama hilang setelah perpisahannya dengan Sinta. Saskia berhasil mengisi kekosongan dalam hidupnya dengan kehangatan dan kedamaian yang ia tawarkan.

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Pada suatu malam, ketika Raka tertidur lelap, ia terbangun dengan perasaan aneh. Udara di sekitarnya terasa berat dan dingin, seolah-olah ada sesuatu yang gelap sedang mengintai. Ketika ia menoleh, ia melihat sosok yang sangat dikenalnya berdiri di pojok kamar---Sinta, mantan pacarnya, yang ia kira sudah tak akan pernah ditemuinya lagi.

"Sinta? Apa yang kamu lakukan di sini?" Raka bertanya dengan suara serak, antara kaget dan tak percaya.

Sinta hanya tersenyum tipis, wajahnya terlihat pucat dengan mata yang kosong. "Aku datang untuk membawa kamu kembali, Raka. Kamu belum bisa pergi dari kota itu."

Raka merasakan kengerian yang pernah ia alami kembali menyerang. "Tidak... Ini tidak mungkin. Aku sudah berhasil melarikan diri!"

Namun, sebelum Raka bisa bereaksi lebih jauh, bayangan lain muncul di samping Sinta. Ibu Malam! Sosok wanita tua yang penuh kebencian itu muncul lagi, kali ini dengan senyuman lebih jahat dan tatapan yang lebih mengerikan.

"Kau pikir bisa lari dari kutukanku, anak muda? Aku selalu bisa menemukanmu, bahkan di dunia nyatamu," kata Ibu Malam dengan suara seraknya yang membuat bulu kuduk meremang.

Raka merasakan cengkeraman ketakutan yang begitu kuat. Tubuhnya kaku, tak mampu bergerak. Saat itulah, Saskia muncul di depan pintu kamar, wajahnya bingung melihat kehadiran Sinta dan Ibu Malam.

"Raka, apa yang terjadi?" tanya Saskia, suaranya gemetar.

Sebelum Raka bisa menjelaskan, Ibu Malam melambaikan tangannya, menciptakan pusaran angin yang menyedot mereka bertiga ke dalam kegelapan. Raka, Saskia, dan Sinta ditarik ke dunia lain, dunia yang pernah menahan jiwa Raka dalam penderitaan.

Ketika Raka membuka matanya, ia kembali berada di kota yang menyerupai Jakarta, namun kali ini lebih suram dan mematikan. Gedung-gedung tinggi menjulang dengan jendela-jendela hitam yang mengawasi setiap gerak mereka. Suasana kota terasa lebih dingin, lebih kelam, dan lebih mematikan daripada sebelumnya.

Sinta berdiri di sampingnya, wajahnya masih pucat tanpa ekspresi, sementara Saskia terlihat ketakutan dan bingung. "Apa ini, Raka? Di mana kita?" tanya Saskia dengan suara bergetar.

"Kita... kita di kota yang terkutuk ini lagi. Dan dia---" Raka menoleh ke arah Ibu Malam yang kini melayang di udara dengan mata yang menyala penuh kebencian, "---dia adalah Ibu Malam, penguasa kota ini. Dia ingin menjebak kita semua di sini."

Sinta tiba-tiba melangkah maju, tatapannya kosong. "Aku sudah terjebak di sini, Raka. Sekarang, giliran kalian."

Raka berusaha meraih tangan Sinta, tapi sesuatu di dalam dirinya tahu bahwa gadis yang pernah ia cintai sudah bukan lagi orang yang sama. Sinta telah menjadi alat Ibu Malam, dan mereka harus segera mencari cara untuk melarikan diri sebelum semuanya terlambat.

"Raka, kita harus pergi sekarang!" Saskia menarik lengan Raka, memaksa Raka untuk bergerak.

Namun, jalan-jalan di kota itu berubah menjadi labirin yang tak berujung. Setiap kali mereka mencoba melarikan diri, jalanan seolah mengarah kembali ke tempat semula, semakin mempererat jeratan Ibu Malam di sekitar mereka.

"Kalian tak akan bisa melarikan diri," suara Ibu Malam menggema, semakin mendekat, "Aku akan merenggut jiwa kalian satu per satu!"

Raka tahu mereka harus berbuat sesuatu. Dengan kekuatan yang tersisa, ia memimpin Saskia dan Sinta berlari melalui lorong-lorong gelap, mencari celah untuk keluar. Namun, Sinta yang berjalan di belakang mereka mulai melambat, matanya semakin kosong.

"Sinta, ayo! Jangan berhenti!" teriak Raka, namun dalam hatinya ia tahu, Sinta sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Tiba-tiba, Sinta berhenti, dan di hadapan mereka terbuka sebuah portal hitam yang berputar dengan kekuatan mengerikan. Ibu Malam muncul dari dalam portal itu, matanya menyala seperti api, dan tanpa ampun, ia meraih Sinta, menariknya masuk ke dalam kegelapan.

"SINTA!" teriak Raka, mencoba menyelamatkan mantan kekasihnya, namun portal itu menutup dengan cepat, menghilangkan Sinta dari pandangan.

Tinggal Raka dan Saskia yang tersisa, kehabisan napas dan tenaga. "Kita harus mencari jalan keluar lain!" kata Saskia dengan suara tegas, mencoba menyemangati Raka yang hampir putus asa.

Mereka melanjutkan pelarian mereka, menembus kegelapan kota yang semakin menghimpit. Dengan setiap langkah, Ibu Malam terus mengejar mereka, suaranya mengancam di setiap sudut.

Di sebuah gang sempit, Raka melihat sebuah cermin besar yang tampak aneh, seolah-olah tidak seharusnya ada di tempat itu. Tanpa berpikir panjang, ia mendekati cermin itu, menyadari bahwa mungkin itu adalah jalan keluar mereka.

"Saskia, ini dia! Ini bisa menjadi pintu keluar kita!" kata Raka, menarik Saskia mendekat.

Namun, saat mereka mendekati cermin, Ibu Malam muncul di belakang mereka, matanya menyala dengan amarah yang tak terkatakan. "Kau tak akan pergi ke mana pun, Raka!" serunya, melompat ke arah mereka dengan cakar siap merenggut.

Dalam detik-detik terakhir, Raka dan Saskia melompat ke dalam cermin, merasakan tubuh mereka ditarik oleh kekuatan yang sangat kuat. Mereka melayang di antara dua dunia, antara kehidupan dan kematian, hingga akhirnya, dengan hentakan keras, mereka terhempas keluar dari cermin, kembali ke dunia nyata.

Raka dan Saskia terbaring di lantai kamar Raka, napas mereka terengah-engah, keringat dingin mengalir di wajah. Mereka berdua selamat, namun kutukan Ibu Malam masih terasa menggantung di udara, seperti bayangan yang tak akan pernah hilang.

"Apakah kita benar-benar aman sekarang?" tanya Saskia, suaranya bergetar.

Raka menggenggam tangan Saskia

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun