Beberapa efek domino akibat hilangnya UN tersebut antara lain adalah berkurangnya penghasilan guru karena tidak ada lagi les tambahan buat siswa dalam menghadapi soal-soal UN. Demikian pula dengan bimbel yang mulai berkurang jam belajarnya akibat anak didik menjadi fokus hanya kepada SNMPTN atau Ujian Masuk PTN tertentu saja. Hal ini tentunya juga akan mengurangi jumlah kelas, yang berdampak pada pengurangan sewa gedung. Itu baru efek langsungnya. Bagi orang dalam sendiri, proyek puluhan milyar mulai dari pengadaan soal hingga perangkat pendukungnya lenyap dalam sekejap.
Efek tidak langsung lain adalah berkurangnya produksi kertas akibat tidak diperlukannya lagi kertas ujian UN, juga fotokopi latihan soal dan tetek bengek administrasi lainnya. Kemudian warung makan dan tukang jajanan di depan bimbel yang juga bergantung pada siswa yang les untuk menghadapi UN. Kemudian pabrik pensil 2B yang berkurang produksinya akibat berkurangnya penggunaan pensil karena tidak ada UN. Belum lagi para psikolog dan dokter jiwa yang mulai kehilangan pasien stress akibat tidak lulus UN. Bagi negara, jelas sudah tolok ukur pendidikan nasional jadi tidak tercapai.
(Jangan marah dulu ya, belajar memandang dari sisi lain, sekedar ironi saja kalau itu yang benar-benar dipikirkan oleh Depdiknas, tanpa memikirkan dampak bagi peserta didik)