Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Gemercik Aksara yang Mengalir di Sudut Kerling Matamu

19 Februari 2012   00:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:29 172 1
Aku rindu pada gemercik aliran sungai aksara yang mengair dan mengalir melewati sudut kerling matamu, sayang




Di tepi malam, kala rembulan ingkar dari peraduan

Kuhanyutkan butiran-butiran aksara bersama harapan yang kian padam

Kuharap bisa terhanyut terbawa percikan air kali

Semoga tak terantuk kerikil-kerikil dan bebatuan tajam

Tak pula hilang di kelokan-kelokan jeram yang tak bisa teredam

Agar bisa sampai di kedalaman hatimu yang tak bisa terselam

Aku rindu pada gemercik aliran sungai aksara yang mengair dan mengalir melewati sudut kerling matamu, sayang




Senja kemarin kutatap lautan aksara

Muara dari semua muara yang ada

Sesaat kulihat sebaris kata terombang-ambing oleh gelombang ombak yang tak jua berhenti menerjang

Itukah untaian butir-butir aksara yang dulu kuhanyutkan?

Bersama sepenggal kenangan kisah yang tlah lalu

Ah..masih bolehkah jika kupungut satu dan kan kubawa pulang

Tuk lengkapi kepingan puzzle puisiku yang sempat retak bergemeletak

Ketika matahari yang rebah roboh tergeletak

Menghentak jiwaku yang penuh koyak dan selalu berontak

Aku rindu pada gemercik aliran sungai aksara yang mengair dan mengalir melewati sudut kerling matamu, sayang




Bahagia masih membuncah meski awan hitam nan kelam menenggelamkan

Berbait-bait rasa tlah kukumpulkan dari butir-butir aksara yang dulu kubiarkan hanyut

Namun samudra begitu bijaksana tlah mengembalikannya padaku

Gemercik tetes aksara kini tlah bermuara di telaga bening yang begitu tenang

Berubah menjadi kata-kata penuh makna

Yang kini kubendung di cawan puisiku

Mengair dan mengalir melewati sudut kerling matamu

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun