Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Lajang dan Misi Besar Sebuah Pernikahan

2 Maret 2014   17:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:19 224 1
Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial. Dan mendapatkan teman hidup melalui pernikahan adalah sebuah kebutuhan setiap insan.

Lahir, jodoh dan mati adalah mutlak di tangan Tuhan. Demikian banyak orang menggenggam sebuah keyakinan. Tak ada yang mampu mengubah takdir kecuali satu, kebaikan. Demikian sebagian menyimpulkan. Berbagai analisa terkait jodoh pun terus bergulir di muka bumi ini.

Miliaran pasangan telah dipertemukan Tuhan dengan cara yang selalu unik untuk dikisahkan kembali suatu hari.

Ada cinta pandangan pertama dan dengan jalan yang berputar kemudian dihimpunNya di hari yang digariskanNya. Ada banyak proses taaruf yang dilalui hingga akhirnya mendapatkan belahan jiwa. Dan pertemuan-pertemuan tak direncana pun kadang menjadi ajang tanganNya mempersatukan dua pribadi yang berbeda menjadi keluarga bahagia. Pertemuan ini bisa di dunia nyata atau pun maya seiring dengan perkembangan jaman yang bergerak demikian cepatnya.

Lalu bagaimana dengan mereka yang masih lajang hingga usia dewasa pun terlewati sudah? Sebagaimana gerakan yang diprakarsai Pak Mario Teguh, saya pribadi juga lebih sepakat dengan pembiasaan kata ‘lajang’ dibandingkan istilah ‘jomblo’ yang marak digunakan.  Lajang terdengar lebih bermartabat, lebih memuliakan manusia.

Setiap pribadi memiliki pengalamannya sendiri-sendiri. Tidak bisa disamakan antara satu dengan lainnya. Termasuk mengapa seseorang saat ini masih berstatus lajang sementara teman seusianya mungkin sudah berkeluarga semua.

Dan berikut ini adalah sekadar alasan-alasan yang mungkin menjadi latar belakang kenapa seseorang masih belum menemukan pendamping hidup.

1. Alasan pribadi yang tak bisa dipublikasikan ;

Sebuah gangguan kesehatan yang menjadikannya memilih hidup sendiri, dan tak yakin/tak mau berbagi beban dengan pihak lain.

2. Patah hati

Bagi mereka yang meyakini bahwa hidup adalah ujian demi ujian, mungkin tidak akan membiarkan diri tenggelam dalam kesedihan yang panjang. Cinta memang unik, sekali seseorang jatuh hati, mungkin merasa bahwa itulah terakhir kali. Demikian dasyatnya hingga ketika terluka pun membutuhkan durasi amat panjang untuk menyembuhkannya.

Ini bisa bermacam-macam reaksinya. Ada yang sepanjang hidup akan dihabiskan untuk mencari pengganti yang sama dan hampir serupa dengan ia yang telah pergi. Ada yang kemudian membenci dan taka da tempat lagi untuk bisa mempercayai orang lain karena rasa tertipu yang begitu dalam membekas di hati.

3. Kurang Bersosialisasi

Sosialisasi ini bisa amat luas penjabarannya. Entah di lingkungan rumah, di sekolah, di bangku kuliah, atau pun di tempat kerja. Orang Jawa memiliki istilah ‘witing trisno jalaran soko kulino – cinta karena terbiasa’. Dan di lingkungan itulah di kemudian hari mereka menemukan seseorang yang akhirnya menjadi pendamping hidupnya.

Proteksi diri atau orang tua yang berlebihan dalam pergaulan pun akan membatasi ruang interaksi seseorang. Seringkali sepasang manusia akhirnya dipersatukan dalam jalinan suci pernikahan hanya sebab hal-hal sederhana. Ketika seseorang pria terkagum-kagum melihat seorang gadis memiliki kepandaian memasak, begitu santun pada orang-orang tua di sekitarnya. Atau seorang gadis jatuh hati melihat seorang sahabat prianya selalu menunaikan shalat 5 waktu berjamaah di masjid, atau memiliki kederet ‘tipe pria idaman’ versi dirinya.

Kadang memang cinta datang tanpa disangka-sangka. Sahabat yang semakin lama semakin terasa dekat di hati dan diam-diam berharap kelak diperkenankanNya berjalan beriringan menempuh kehidupan masa depan.

Maka, bersosialiasi sebenarnya tidak hanya menempa seseorang menjadi pemberani, percaya diri, toleran, berjiwa pemimpin, dan seterusnya. Tetapi juga menjadi salah satu alasan untuk kelak mendapatkan jodoh dengan sebaik-baik pengamatan.

4. Target terlalu tinggi

Setiap lajang baik pria mau pun wanita pasti memiliki segudang target ataupun kriteria jodoh yang diharapkan. Umumnya tidak sekadar menyangkut fisik, tapi ‘inner beauty’ / kecantikan dari dalam pun menjadi pertimbangan besar.

Para wanita menghendaki pria yang mampu menjadi pemimpin yang bertanggungjawab selain kesetiaan yang tak diragukan pula. Demikian pun para pria menghendaki wanita yang kelak mampu menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Selain menjadi peneduh di terik hari yang kan dilewati.

Dari sekian panjang daftar yang dipegang setiap kita, pasti tidak akan seluruhnya sempurna ada. Sebagaimana tidak sempurnanya kita sesungguhnya. Namun seringkali seseorang kurang menyadari hal itu. Ibarat dia di mata sesama saja dapat nilainya C saja. Tapi dia menghendaki pria pendamping bernilai A atau B. Jika dia menyadari, mungkin dia harus bersegera berbenah diri untuk naik grade berikutnya. Atau turunkan standard jika ia merasa tak mampu menjangkaunya.

5. Misi Besar Sebuah Pernikahan

Mungkin sebagian akan menyanggah analisa 1-4 di atas dengan ucapan ; Bukan itu juga. Karena memang belum ada yang nyambung aja. Jodohku belum datang.

Tidak apa jika keyakinan Anda seperti itu, teguhlah dengan keyakinan itu. Toh memang hidup ini kita yang menjalani, orang lain yang mengomentari  bukan? :D Maka saran saya enjoy your life and be happy!

Tetap pada percaya diri yang utuh. Tak usah risih dengan pertanyaan dan komentar “Kapan menikah? Ditunggu undangannya.…dst”. Anggap saja itu sekadar perhatian baik dari mereka.

Tetaplah mintakan pada Sang Maha Pemurah, jika jodoh Anda memang akan ditunda pemberiannya nanti di alam sana, jadikanlah pribadi yang tangguh dan mulia di mataNya.Jadilah manusia yang bermanfaat dengan segenap apa yang dimiliki.

Namun tetaplah membuka hati dan mata setiap saat, hanya semata-mata sebuah wujud ikhtiar, bahwa pencarian pendamping hidup akan menyempurnakan Anda dalam peribadahan. Misi pernikahan yang memang harus dibentangkan lebar-lebar.

Dan untuk kita yang kini telah menemukan pendamping hidup, semoga kita mampu menjawab sebuah pertanyaan yang berulang-ulang dituliskan ; Nikmat Tuhanmu manakah yang Engkau dustakan? Pastinya dengan menghargai dan memuliakan mereka yang kini telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Saling menyempurnakan dalam peribadahan sebagaimana misi awal. Menjaga segenap cinta yang Dia titipkan. Dan satu hal penting ; menghargai setiap perjalanan hidup manusia lainnya. Termasuk mereka yang tengah berjuang mendapatkan pendamping hidup. Mereka yang masih lajang hingga usia dewasa bahkan senja. Mungkin Allah bahkan sedang menunda kebahagiaan di dunia ini untuk kelak dilipatgandakan di akhirat sana. Jangan pernah berpikir negatif akan perjalanan hidup orang lain. Karena rahasiaNya sungguh tak terjangkau oleh pikiran kita sebagai manusia yang penuh keterbatasan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun