Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Yusuf - Maling yang Tertangkap!

18 April 2014   18:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:31 243 0


Waktu Subuh dianggap sebagai salah satu ‘prime time’/ waktu utama bagi umat muslim sedunia. Karena di sanalah diyakini berkah Allah tercurah turun dari arsy-Nya di ketinggian sana menunggu setiap jiwa menyambutnya dengan gegap gempita. Pada derasnya hujan karunia yang dilimpahkanNya, manusia berdiri bersama para malaikat bersyaf-syaf mengagungkan sang Pemilik Jagad Raya. Damai yang meliputi setiap jiwa seiring sejuknya embun pagi yang perlahan meliputi permukaan bumi.

Dan sebagaimana Subuh hari-hari sebelumnya, sebagian pria muslim di komplek kami beranjak dari peraduannya menuju masjid terdekat kami ; Masjid At-Taqwa. Satu-satunya masjid terbesar di lingkungan kami dengan bangunan tak kurang dari 500m2 itu terletak persis di depan pos keamanan kluster kami. Otomatis adalah tugas para sekuriti untuk mengamankan acara shalat berjamaah di setiap waktu shalat tiba.

Masjid yang terletak di tepi jalan utama, memungkinkan banyak pengendara menepi untuk bergabung di setiap waktu shalat jamaah digelarkan. Termasuk pagi ini, seorang musyafir dari Bandung menepikan kendaraannya untuk ikut menunaikan shalat Subuh berjamaah.

Sebagaimana kebiasaan beberapa pria, shalat yang diyakini harus mengenakan pakaian bersih dan suci, memilih menanggalkan celana panjang yang dikhawatirkan bagian bawahnya sempat menyentuh tanah kotor dsb. Maka mereka telah menyiapkan sarung bersih yang tersimpan di tasnya untuk dikenakan saat shalat dimana pun ia singgah.

Demikian pula yang dilakukan seorang pria musyafir dari Bandung pagi ini. Ketika ia mengambil air wudhu, celana panjang berisikan dompet dan sebuah smartphone diletakkan di samping tasnya. Tak terlintas curiga sedikit pun karena di sekelilingnya terdapat Bapak-Bapak jamaah lain yang dipercaya pasti akan turut menjaganya.

***

Pak Satpam sudah menaruh curiga ketika seorang jamaah keluar dari barisan sebelum shalat Subuh selesai dilakukan. Seorang pria muda berpakaian coklat Pramuka berjalan ke kanan, yang artinya ke kluster sebelah dimana terdapat pos satpam berikutnya yang berfungsi ganda, sebagai pangkalan para tukang ojek menunggu rizkinya.

Shalat jamaah usai, dan seorang jamaah menghampiri pos keamaan kami, melaporkan kehilangan smartphone dan dompet yang berada di kantong celananya. Dan Pak Satpam yang sigap segera meminta pak ojek lain yang kebetulan berada di situ untuk mengejar ke arah kluster sebelah, dimana seorang yang tadi dicurigai mengarah ke sana.

Tanpa diduga, si maling itu pun menaiki ojek dari kluster sebelah, berbalik arah bermaksud melintasi jalan depan masjid ( depan pos keamanan kami). Maka berteriaklah tukang ojek suruhan Pak Satpam ke teman sejawatnya untuk menurunkan si penumpang yang ditengarai adalah maling yang dicari.

Begitu mudah menangkap maling naas itu pagi ini. Tanpa banyak perlawanan karena dikepung oleh puluhan pria jamaah berikut beberapa petugas keamanan.

Alhamdulillah, dompet dan smartphone kembali pada pemiliknya. Pastilah karena kehendakNya, harta musyafir itu terlindungi dari ulah kejahatan manusia.

Sungguh mengagetkan, ketika diketahui, maling itu bernama Yusuf. Mengenaskan, nama seindah nabi yang menjadi tauladan kemuliaan bagi umat-umat di muka bumi hingga lintas jaman itu terperangkap di sebuah tubuh anak manusia yang memilih jalan sesat dalam mendapatkan rizki. Bahkan ketika manusia lain tengah berkhidmat mencari simpatiNya mengharap limpahan berkah karunia di sepanjang hari yang berjalan dengan menepiskan rasa malas dan menyingkirkan pelukan mimpi dini hari, ia bertindak sebaliknya. Menghitung-hitung detik, mencari kesempatan untuk mengambil harta yang bukan miliknya.

Maling, konon berasal dari kata mal = harta dan ling = eling ; harta orang lain yang dieling-eling ( diingat-ingat untuk kemudian ingin dimiliki dengan cara yang tidak benar). Jika bukan karena miskin ilmu, pastilah benar adanya, bahwa miskin harta itu seringkali menjerumuskan manusia pada kekufuran, kezaliman.  Meski pasti masih banyak juga yang menganut paham boleh miskin harta, tapi tetap kaya jiwa sehingga menjaga martabat diri di mata manusia, terlebih Tuhannya.

Pencuri itu lalu diikat di tiang basket lapangan kami. Dan dari handphone miliknya, diketahuilah nama-nama teman-temannya. Salah satu teman dekatnya adalah Raihan. Astaghfirullah, lagi-lagi nama indah yang menjadi komplotan si maling ini.

Oleh Pak Satpam, Raihan diminta menjemput rekannya. Tentu setelah diberi sangsi dengan diborgol, berjemur di lapangan dari Subuh hingga jam 9-an. Kabarnya sempat diguyur dengan air kran untuk menimbulkan efek jera.

Saat saya ke TKP, Yusuf  - si maling ini sedang makan nasi bungkus pemberian Bapak-Bapak yang menyandera mereka. Dengan tangan terikat, ia lahap menghabiskan santapannya. Saya bergidik nyeri melihatnya. Ada rasa iba melihat sesosok manusia memilih jalan hina dina dalam hidupnya. Jika ada rasa marah mengingat kelakuannya yang entah sudah berapa kali menelan korban karena kabarnya mencuri sudah menjadi profesi hariannya, saya memilih menyingkirkannya.

Sesungguhnya bagi yang korban yang kehilangan lebih beruntung ditinjau dari sisi lain. Pertama, ia pasti seorang yang lebih berada dan berkelimpahan rizki dibanding si pencuri. Setidaknya sekadar urusan makan dan hidup bukan masalah yang berarti.  Terlebih, secara pribadi, ia pastilah pribadi yang lebih mulia. Sebagian harta yang terlepas dari tangan jika diikhlaskan sebagai sebuah penerimaan atas takdir, cobaan, teguran, ataupun semua refleksi yang hanya akan membangun diri, pastilah akan menambah point reward di mata penciptanya.

Yusuf, sebuah nama indah yang disematkan oleh orang tuanya, kini tengah tersesat di kehidupan yang suram. Semoga sebagai pengingat bagi siapa pun orang tua di muka bumi ini, untuk menyempurnakan ikhtiar selain dengan pemberian nama yang baik, terlebih juga doa-doa terbaik selama ia berada di dalam kandungan ibunya hingga terlahir di dunia. Dilanjutkan dengan tanggungjawab berikutnya, memberi bekal pendidikan ahlak yang baik bagi tunas yang tumbuh di keluarganya. Semoga dengan kecukupan bekal pendidikan, si buah hati kelak akan tumbuh menjadi manusia-manusia berguna, seindah doa yang terpahat pada namanya.

Mungkin karena nama nabi yang tersesat di tubuh pencuri itu pula saya reflek berujar pada putri kami : “Nak, semoga hari ini menjadi hari terakhirnya berbuat kejahatan sebagai pencuri. Semoga dengan tertangkap tangan seperti ini, dia menjadi jera, dan kembali menjadi manusia yang baik seperti sediakala. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Amien YRA”

Kejadian hari ini pun menyisakan pelajaran berharga bagi kita semua. Bahwa jangan berharap hanya ada orang baik dan berniat baik yang berada di masjid. Bisa ini menjadi tempat empuk bagi para pencuri untuk melakukan aksinya. Maka, waspada di setiap tempat adalah sebuah hal yang harus kita lakukan dari waktu ke waktu. Semoga Allah SWT senantiasa menjaga harta dan apa yang sampai di tangan kita. Ya, karena dengan harta itulah bekal manusia untuk beribadah di bumiNya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun