Kini, seiring pesatnya perkembangan dunia digital, penggunaan medsos yang menjadi bagian hidup sehari-hari, istilah "Karma" pun ikut-ikutan "online". Ada yang menyebutnya "Karma Online"
Karma online ini tak lebih dari penyebutan kepada seseorang yang mendapat hukuman netizen atas status, komen, penyebaran berita hoax yang dilakukannya. Memang karma online lebih kezam dibandingkan karma biasa. Kezam menunjukkan tingkatan lebih tinggi dari kejam biasa hehe. Mengapa kezam? Karena dalam dunia online, rekam jejak digital itu bisa diungkap kembali, disimpan lalu ditayangkan di kemudian hari. Kalau dalam dunia nyata, seseorang yang berlaku kasar kepada orang lain, mungkin hanya penderita dan orang sekitar yang melihat, merasakannya saja yang tau. Jika ada yang memfoto, merekam baru bisa dijadikan barbuk, barang bukti di kemudian hari. Sehingga kalau kemudian orang yang kasar, jahat tadi menerima balasan yang diperbuatnya, hanya orang yang mengalami perbuatan kasar itu lah yang tau balasan tersebut. Tetapi di dunia maya? Netizen, warganet, orang-orang yang tidak terlibat sengketa juga bisa tau, istilahnya viral. Ketika artis Nikita Mirzani berkata kasar kepada pengacara Elsa Syarief di sebuah acara televisi, mungkin hanya mereka yang nonton saja lah yang tau kejadian itu. Namun, begitu rekamannya dishare, dibagi oleh warganet, viral deh. Siapa pun jadi tau masalahnya.
Demikian pula dengan Jualan Online, Online Shop. Pedagang-pedagang baik akan menerima manfaat yang banyak. Ketika barang yang dijual sesuai dengan foto yang ditawarkan, merespon cepat pertanyaan, berdiskusi dengan baik, memproses dan mengirimkan order dengan cepat pastilah menuai komentar, testimoni yang baik, bintang 5 dan jelas pundi-pundi berlimpah. Namun, ketika pedagang online melakukan hal tipu-tipu, menjual barang tidak sesuai dengan keterangan dan gambar, ketus menjawab pertanyaan calon pembeli, respon lambat, maka karma online pun datang. Tidak butuh waktu lama, toko tersebut pasti tutup, bangkrut bahkan mungkin saja berurusan dengan pihak berwajib karena melakukan penipuan.
Maka berhati-hati lah di dunia maya, online. Jagalah komentar, bikin lah status yang baik-baik, jual lah barang sesuai yang ditawarkan. Di zaman baper seperti ini, tidak semua orang bisa menerima apa yang kita tulis, apa status kita, foto dan video yang kita unggah. Maksud kita hanya untuk berbagi dengan pengemis dan berharap orang lain juga bisa membantu si pengemis itu tadi, bisa diartikan orang baper dengan mengatakan sombong, pamer, lebay dsb. Kita menulis kata "hujan" di status hanya untuk mengusir kesepian saat menunggu hujan reda saat berada di halte. Bisa panjang lebar dikomentari warganet. "Emang kalau hujan kenapa?", "biasa aja keleus, hujan panas kan memang itu musim di Indonesia", "Ngopi dong, cari yang hangat-hangat". Lha orang kesepian di halte, kok malah disuruh cari kopi, kok jadi bicara musim. Tapi begitu lah warganet. Kecepatan jempol mengalahkan kecepatan berpikir saat ini haha. Apalagi mereka-mereka yang top, terkenal, public figure yang asbun ngetweet, nyetatus di IG, FB, WA mereka. Gak bakalan bisa ngeles. Mau bilang mana ada? Siapa yang ngomong begitu? Mau dihapus sekalipun, jejak digital itu bisa diungkap kembali. Makanya kalau tidak mau dibully, menerima kezamnya Karma Online, ya keep silent, tenang, sabar. Tahan komentarmu. Berpikir dulu sebelum komentar.