Penyakit saya yang sepertinya sudah kronis dan sulit disembuhkan adalah hobi melancong alias jalan jalan. Kalau melihat ke belakang, ke masa kecil, saya bisa jalan jalan itu hanya kalau ada acara Darmawisata dari pihak sekolah. Biasanya anak sekolah diwajibkan untuk ikut. Saya sangat diuntungkan dengan adanya program sekolah itu. Pasalnya, orang tua saya saat itu pasti akan mengusahakan cari uang supaya saya bisa ikut piknik dari sekolah karena orang tua hanya bisa ajak saya jalan-jalan jarak dekat. Dari terminal bis yang satu ke terminal bis yang lain di Kota Jakarta tercinta ini. Saya sampai hafal terminal bis kala itu. Hehehe.. Maklum , orang tua saya lebih memikirkan bagaimana bisa menyekolahkan saya sampai tamat dibandingkan urusan piknik piknikan , lah wong uangnya pas pasan. Saya tau orangtua saya sangat paham apa yang saya butuhkan. Ikut Darmawisata selalu membuat hati saya senang meskipun setelah itu harus rempong membuat tugas menulis dari Guru tentang objek wisata yang dikunjungi. Wah.. ternyata dari kecil kita sudah diajari menulis ya.. Begitu dewasa, jadi Kompasiner deh.. Hehehe...
Karena Darmasiwata Sekolah itu paling banter sekali setahun, ya bisa dihitunglah berapa kali saya jalan jalan sepanjang usia sekolah saya, plus ikut mudik ke kampung halaman orang tua. Rupanya tanpa saya sadari, "dendam" untuk bisa jalan jalan yang lebih sering dan lebih seru itu terpendam dan meledaknya setelah saya bisa memiliki penghasilan sendiri. Duuuaaarrrr....!!!
Begitu bisa cari uang sendiri, saya selalu menyisihkan sedikit penghasilan , khusus untuk jalan jalan. Menabung adalah cara saya agar bisa jalan jalan. Maklumlah, karyawan... jadi harus pinter pinter atur penghasilan. Kebetulan saya punya teman sekantor yang punya hobi yang sama. Jadilah kami membentuk duo backpacker (gaya bener yaa... hihi) . Dari jauh jauh hari kami selalu rajin membuang waktu di depan komputer untuk memburu tiket promo dari maskapai apa saja. Kami sangat cinta kepada Maskapai yang rajin membuat promo tiket murah. Kami juga ketagihan membaca buku buku traveling. Kami pun minta referensi dari rekan yang lebih tau tentang objek wisata idaman. Terkadang juga kami nyontek rute perjalanan teman lain. Setiap tahun biasanya kami punya terget objek wisata menarik yang wajib kami singgahi. Kami telah mendatangi beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnam, Kamboja. Saya,(tanpa teman saya itu) juga berkesempatan melihat Hongkong, Macau, dan Shenzen. Jalan jalan ke luar negeri ternyata membawa efek yang baik buat saya. Saya bisa melihat perbedaan budaya bangsa bangsa lain. Melihat kemajuan negara lain juga membuat wawasan jadi terbuka. Ya dengan kata lain, saya berusaha keluar dari tempurung dan melihat keajaiban di tempat lain. Rheinald Kasali pernah menulis bahwa kita perlu memiliki Passport dan pergi melihat dunia luar karena akan mendapat manfaat luar biasa. Saya mengalami sendiri apa yang ditulis oleh Rheinald Kasali itu.
Eiittsss.. !Jangan salah paham dulu. Kami bukan cuma senang piknik ke luar negeri. Objek pariwisata dalam negeri juga jadi target yang kami incar. Lokasi wisata top dalam negeri telah kami kunjungi. Objek Wisata di Pulau Sumatera meski belum semua,telah kami datangi. Pulau Belitung yang unik tak luput jadi sasaran petualangan jalan jalan kami. Objek wisata di Pulau Jawa sebagian besar pernah kami kunjungi. Tanpa pernah bosan, Pulau Bali nan elok telah beberapa kami singgahi. Tempat -tempat di Pulau Sulawesi seperti Manado, Makasar, dan Tana Toraja sudah kami lihat keindahannya. Sebagian Kalimantan juga sudah di cicipi . Keajaiban Papua denga Raja Ampat-nya sampai ke Merauke dan perbatasan Papua New Guini pun telah saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Semuanya Indah nian! Saya bangga jadi orang Indonesia.
Rasa kangen untuk melancong itu selalu hadir setiap beberapa bulan sekali. Yup! rutin menghinggapi saya. Sepertinya saya telah kecanduan. Dan bila tidak diobati, maka akan sakit sekali rasanya. Saya akan kelimpungan gak karuan. Serba salah . Mati gaya. Susahnya ya kalau tabungan belum memadai. Paling paling saya hanya bisa memantau objek wisata incaran lewat internet dan mengkhayal sudah tiba disana . Sakau itu memang menyiksa. Kadang saya gak tahan lagi untuk jalan jalan. Akhirnya lokasi yang dekat dekat saja menjadi tujuan piknik pengobat sakau. . Misalnya ke Monas, Kota tua, atau ke Ancol. Yaahh.. lumayan terobatilah... Yang penting saya melihat suasana baru dan bisa foto foto tentunya. Narsis!
Ada beberapa teman saya yang heran kenapa saya begitu hobi jalan jalan. Ada yang menganggap pemborosan, foya foya, hura hura... ahh. pokoknya pada mencibir deh. Tetapi, sekali lagi, inilah yang disebut hobi. Orang lain seringkali tak bisa mengerti. Seperti saya yang susah mengerti hobi teman saya. Mereka juga tak habis pikir kenapa saya rela bersusah payah menabung lalu sekejap mata ludes hanya untuk jalan jalan. Biasanya hobi membuat kecanduan. Dan saya telah mengalami kecanduan itu. Kecanduan melancong. Ohh....