Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Fana-nya Raga

23 September 2014   14:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:51 48 0
Saat membezuk kerabat yang sedang dirawat di rumah sakit, saya tak sampai hati mendekatinya. Saya kenal betul dengan kerabat saya ini. Saya kenal saat dia sehat bugar dan aktif dibanyak organisasi. Dia bisa dikategorikan orang yang "gak bisa diam" alias senang mondar mandir  dari satu acara ke acara lain. Tuturnya yang selalu seru tiap kali kami bertemu masih saja terlintas diingatan. Saya juga ada saat vonis dokter mengobrak abrik perasaannya dan perasaan kami kerabatnya.  Saya beberapa kali mendampinginya berobat saat dia belum selemah sekarang ini . Ya ...itu setahun yang lalu... betapa cepatnya waktu menggerogoti fana nya raga kita.

Kini, saya bahkan tak tega melihatnya berbaring lemah tak berdaya dengan peralatan medis yang melekat dibeberapa bagian tubuhnya. Memanjatkan doa untuknya adalah satu satunya hal yang bisa saya lakukan di sisi tempat tidurnya. Saya ikut tak berdaya melihat kenyataan di depan mata. Komentar lucu yang biasanya saya lontarkan untuk mencairkan suasana tak lagi ada diperbendaharaan mulut saya.  Lidah kelu.  Badan saya kaku bagai patung. Tak berdaya...

Di perjalanan kembali ke rumah selepas mengunjungi kerabat saya itu, otak saya tak mau berhenti memikirkannya. Juga memikirkan diri saya sendiri yang kini masih sehat. Saya jarang sekali memikirkan betapa berharganya kesehatan yang masih melekat ditubuh saya ini. Berharga, karena kapan saja itu bisa luntur dan bahkan hilang tanpa kompromi, tanpa mengenal waktu -secepat kilat dapat saja lenyap.

Tiap bangun di pagi hari , mestinya saya mensyukuri anugerah nafas kehidupan yang masih bisa dinikmati dengan cuma cuma. Tetapi selalu saya cuek karena berpikir ya kalau bangun pagi pasti bernafas. Saya sombong karena merasa bahwa bernafas itu adalah hak saya. No..no... no..! Pagi ini saya menyadari, nafas saya bukan hak saya. Itu Hak Tuhan. Entah DIA masih mau memberikan atau tidak, itu Hak-NYA. Saya tak punya kuasa apapun untuk mempertahankannya. Di rumah sakit banyak orang susah bernafas karena penyakitnya dan menggunakan alat bantu nafas untuk membebaskankan diri dari kesesakan. Itu gak gratis! Hitunglah berapa banyak uang yang harus kita keluarkan untuk membayar hembusan nafas jika Tuhan menetapkan tarifnya. Luar biasa mahaaaaalllll......

Saya bisa buang air kecil dan buang air besar juga merupakan berkat Tuhan yang patut disyukuri tiap hari. Di lain tempat, banyak saudara kita yang begitu sulit buang air kecil atau air besar sampai harus dilakukan terapi atau pembedahan yang memakan biaya selangit. Bahkan (maaf) kentut itu pun sangat penting. Kentut menunjukkan kerja usus. That's why , pasca operasi biasanya kentut lah yang ditunggu tunggu untuk memastikan seseorang boleh mengkonsumsi minuman atau makanan.

Contoh-contoh kecil itu yang semalaman melompat lompat di otak saya dan mampu membuat saya mensyukuri kesehatan yang masih saya nikmati pagi ini. Mengingat betapa fana nya raga ini dan betapa sang waktu kapan saja dapat merenngutnya, saya ingin memakai kesehatan ini agar bermanfaat bagi banyak orang - seperti kerabat saya saat dia bugar.

*doa utk kerabat yang sakit, kiranya Tuhan memberikan yang terbaik menurut kebaikan rencanaNYA. amin*

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun