Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Tarif Tol Naik, Konsumen Dapat Apa?

16 Oktober 2014   14:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:48 92 0
Subuh  ini saat masuk pintu tol Tambun menuju Jakarta, saya mendapati antrian panjang kendaraan roda empat seolah berebut ingin masuk jalan bebas hambatan. Begitu tiba di loket pembayaran karcis tol, terlihatlah daftar tarif tol yang baru dan berlaku mulai jam 00 dinihari tadi. Semula harganya Rp. 3.500,- , kini naik menjadi Rp 4.000,-. Lumayan kan limaratus rupiah bedanya. Hehe.. Sore saat pulang kantor , saya akan mengalami mimpi buruk saat masuk tol. Lebih parah dari pagi hari. Hiks! Masuk tol itu kan karena tak ada pilihan jalan. tapi begitu masuk tol kita seperti terperangkap dan terjebak. Hiyy....

Kenaikan tarif apapun di dunia ini wajar saja terjadi, apalagi di Indonesia. Sangat jamak. Orang Indonesia sudah terbiasa dengan macam-macam kenaikan harga. Mulai dari harga cabai, beras, minyak, gas, listrik sampai harga tiket pesawat. Kenaikan tarif tol juga biasa lah.. mungkin karena sering ya jadi terasa biasa saja dan gak se-heboh kenaikan harga yang lain.

Masalahnya, kenapa kenaikan tarif tol belum berbanding lurus dengan kenyamanan  berkendara di dalam jalur (tak) bebas hambatan itu ya?

Saya tiap hari menggunakan jalur tol dan tiap hari pula saya mendapat hambatan alias gak lancar. Istilah jalur bebas hambatan kini tak lagi bisa dinikmati. Mungkin bukan salah pengelola tol karena ledakan volume kendaraan tak dapat dijinakkan dinegeri ini. Semua orang kini dengan mudah bisa membeli mobil. Produsen mobil berlomba menjual mobil murah dan dengan pembayaran kredit. Bisa dibayangkan berapa banyak mobil dijual setiap harinya dan sebagian besarnya akan melewati jalur tol.

Masuk jalur tol terkadang seperti akan membayar parkir karena begitu selesai membayar karcis, kita langsung masuk anrian parkir super panjang di dalam jalan tol. Arrgggg...! Nyebelin banget. Masih untung kalau kendaraannya bermesin matic, gak terlalu capek. Kalau manual, pegelnya minta ampuuunnnn...

Begitu masuk tol, kita akan berjibaku dengan pengemudi lain untuk mendapatkan posisi yang (rada) lancar. Semua pengendara gak ada yang mau ngalah. Mungkin karena merasa sudah bayar(mahal) jadi merasa punya hak untuk nyerobot jalur yang terlancar ( Hehe.. saya juga begitu kok). Hanya pengemudi yang gak malu dan penuh daya juang-lah yang akan memenangkan jalur tol dan melaju mendahului kendaraan kompetiter.  Bangga lho kalau bisa nge-gas  sedikit di tol, karena lebih sering rem yang dipakai. Hahahaaa... Soal lain juga menyebalkan yaitu  jika pagi hari masuk tol ke arah Jakarta dari Bekasi, kita akan berjumpa dengan kendaraan  super besar seperti Truk dan kontainer. Kok seperti tak ada peraturan jam berapa pasukan truk dilarang melintas di jalur tol.Mereka bahkan bebas menggunakan jalur cepat padahal kecepatannya bak lenggak lenggok nya keong. Lambretaaaaaaaa......

Nah, sekarang tarif tol naik lagi. Saya sebagai pengguna setia jalur tol sangat mengharapkan ada added value dari kenaikan tarif itu. Mengharapkan jalur yang benar-benar bebas hambatan mungkin mustahil (kecuali saat kerusuhan dan lebaran). Namun alangkah mulianya pengelelola jalan tol kalau bisa memberikan sedikit kenyamanan bagi konsumennya. Ayo dong dicari solusinya. Mungkin Pihak terkait bisa study banding ke negara tetangga gitu. Siapa tahu dapat inspirasi. Hehee...

Saya bermimpi suatu hari jalur tol yang saya lewati setiap hari akan menjadi jalur yang benar-benar (gak bohong) bebas hambatan dan memberikan kenyamanan saat saya berkendara.

Semoga...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun