" Yank...besok dikantor dilaksanakan Rapied Test ", ujarku sambil menyeruput kopi hitam di teras rumah.
" Bagus Ayah, dalam situasi ketidakpastian ini biar pasti dapat kepastian." jawab istriku menyemangati.
Dia tahu kegelisahan yang terlihat dimataku, kegelisahan akan hasilnya nanti. Apalagi saya punya riwayat kesehatan yang kurang baik sewaktu dahulu yang terbawa sampai saat ini.
" Yah...apapun hasilnya kita terima, toh semua itu untuk kebaikan bersama. Keluarga, lingkungan juga bagi rekan sekantor. Kalaupun nantinya reaktif hasilnya, kan masih ada tindakan lanjutan untuk mengetahui apakah benar virus covid yang ditemukan ataupun mungkin virus yang dulu yang saat ini masih ada ", sela istriku memecah kesunyian.
" Hmmmm....apapun hasilnya besok, kita terima ya yank." Pungkasku dalam cakap
Hari mencekam...
Pagi menjelang...seperti biasa langit cerah. Cericit burung bersahutan menyambut sinar mentari. Selepas berpamitan, kunyalakan kendaraan untuk bersiap melakukan aktifitas kerja, 30 menit kuhabiskan diperjalanan diantara ramainya hari.
Sesampainya tempat kerja kerumunan orang sudah menyemut, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang sudah disepakati...masuk bilik disinfektan, social distance, wajib pakai masker dan tentunya cuci tangan.
Saat itu sengaja saya memperlambat untuk ikut antrian rapied test, selain kondisi masih ramai ada beberapa tugas yang harus saya kerjakan yang mewajibkan saya untuk diselesaikan.
Tibalah waktu yang mendebarkan... beranjak bergabung di keramaian dan mengikuti rapied test. Satu per satu secara bergilir darah kami diambil dan ditaruh dialat tes. Hmmmm....sambil menunggu hasilnya hati berdebar kencang.
" Hasil rapied test anda reaktif pak ", kata petugas medis yang terdengar seperti petir yang menggelegar.
" Hah....!!!!", kata saya tanpa sadar.
" Iya pak...reaktif, akan tetapi belum final bahwa hasil ini adalah virus covid-19. Mungkin nanti ada tes lanjutan lagi untuk bapak, besok kita tes ulang pak...mungkin kalau tes yang kedua masih reaktif akan ada tes lanjutan lagi, termasuk kita laksanakan tes bagi keluarga bapak." Pungkas petugas medis dengan nada tenang dan berusaha menenangkan saya.
Hari itu saya dihadapkan dengan situasi yang mencekam, situasi yang ditakutkan semua orang dalam masa pandemi. Atasan dan rekan rekan sekantor berusaha membesarkan hati saya, bahwa ini bukan hasil final tapi masih ada tes lanjutan lagi. Saya tahu itu adalah kalimat yang berusaha menenangkan hati saya. Tapi apa mau dikata ketenangan adalah hal bijak yang perlu saya lakukan.
Selepas kami dikumpulkan untuk ditenangkan dan diberi pengertian serta rencana tes selanjutnya dan juga bagi yang reaktif saat itu masing-masing diberikan obat terbatas yang ada dikantor sebagai upaya pencegahan dan bukti perhatian terhadap kami yang hari itu dinyatakan reaktif. Terima kasih....
Untuk antisipasi saya menelpon istri dan memberitahukan hasilnya serta memberikan gambaran mungkin dalam waktu dekat sekeluarga akan di rapied test.
Dan juga saya menyampaikan kabar kepada gugus tugas desa sebagai upaya rasa kooperatif saya dan juga rasa tanggung jawab terhadap dampaknya.
Siang itu dengan berbagai pikiran yang berkecamuk saya pulang dan langsung disiapkan kamar isolasi oleh istri.
Terlihat raut muka yang tegang, memang pernah saya merasakan isolasi karena sakit. Namun itu beberapa tahun yang lalu bahkan alat makan dan minum harus tersendiri. Namun kali ini situasinya lain, saya harus diisolasi karena kekhawatiran akan covid-19 dan tahu akan bahayanya bagi lingkungan.
Malam itu, rutinitas yang biasa saya kerjakan bersama keluarga berubah dengan cepat. Sayapun harus beradaptasi dengan situasi yang ada... "dikucilkan'' adalah hal yang harus saya terima tentunya demi kebaikan.
Kepastian yang ditunggu-tunggu
Pagi menjelang setelah satu malam saya dinyatakan ODP (Orang Dalam Pantauan). Hari ini ada jadwal rapied test ulang disalah satu Rumah Sakit di kota saya. Kepasrahan semakin dalam saya tanamkan dibenak, kalau masih reaktif akan diisolasi diruang khusus yang sudah disiapkan kantor dan apabila non reaktif, maka saya juga harus isolasi mandiri dirumah selama 14 hari sebagai antisipasi dan kebijaksanaan pimpinan.
Puluhan orang sudah berkumpul, menunggu giliran untuk di rapied ulang. Wajah-wajah yang sudah saya kenal tegang menunggu hasilnya.
Alhamdulillah hasil yang kedua non reaktif, hasil inipun langsung saya informasikan ke istri serta gugus tugas penanganan covid di tempat saya tentunya dengan lampiran hasil tes saya yang sudah ditanda tangani pihak pemangku kewenangan.
Bahagia diujung sana, istri berkali kali mengucap syukur atas hasil rapied test yang kedua.
Hari itu saya lega, dan pengalaman menjadi ODP semalam telah membuat saya semakin sadar bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendakNya. Bagi orang yang dinyatakan ODP jangan berkecil hati, karena belum tentu positif covid. Yang pasti selalu berdo'a dan berharap yang terbaik. Dan saya menyadari untuk orang-orang yang sudah dianggap sehat jangan mengucilkan atau memicingkan mata terhadap ODP, karena mereka butuh dukungan moril dan ketenangan dalam situasi saat ini.
Tetap semangat...jaga kesehatan, berusaha hidup sehat dan selalu menyalakan kedamaian terlebih dalam situasi seperti ini.