1. Achmad Room Fitrianto nampaknya susah membedakan mana Joko Widodo, mana Jokowidodo, dan bagaimana nama negaranya dieja.
2. Mendengar masukan adalah penting bagi seorang kepala negara. Meskipun demikian kemampuan menimbang dan mengolah masukan juga penting. Seorang kepala negara akan menjadi otoriter jika ia tidak mau mendengar dan seorang kepala negara akan membuat kebijakan yang tidak tepat, terburu-buru, dan tidak aplikatif jika ia asal mendengar saja segala masukan. Namun juga menjadi tidak pas jika ada prioritas afirmasi rujuk masukan ketika masukan berasal dari patronnya dan bukan kepada kebutuhan serta prioritas bagi bangsa ini.
3. Keyakinan akan berhasilnya sebuah program juga bukan perkara yang sepele. Sebuah program sebelum dicanangkan harus dikaji dulu tumpang tindihnya, reduplikasinya, imbas positif dan negatifnya, serta kans implementasinya.
4. Apakah kuasa Achmad Room Fitrianto sehingga ia berani 'sendirian' menjamin bahwa Joko Widodo akan tegas memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara Indonesia dibanding kepentingan asing.
5. Ketika berbicara blusukan, dalam konteks menjadi kepala negara seluas Indonesia maka niatan dan desain blusukan harus diubah. Apakah bakal semua proyek di seluruh nusantara bakal diblusuki sedangkan tugas kepala negara jauh lebih kompleks dari hanya 'turun ke lapangan' untuk mendengar rakyat.
6. Benar bahwa kita butuh pemimpin yang tidak hanya pandai berkata-kata juga butuh pemimpin yang mau bekerja untuk memajukan Indonesia. Justru juga layak jadi renungan bahwa semua anak bangsa, profesinya apapun, memang bekerja untuk kemajuan Indonesia. Apakah demikian juga menafikan petani, tentara, diaspora Indonesia? Kemudian mengenai berkata-kata, saya justru menyukai pribadi yang bekerja, bisa menginspirasi bawahannya, dan tahu apa yang diucapkannya. Ketidaktahuan atau ketidakmautahuan seseorang atas apa yang diucapkannya adalah berpotensi tidak baik apalagi jika ia membawa tanggung jawab hidup dan masa depan sebuah bangsa.
7. Justru komunitas kebhinekaan Indonesia adalah sebuah komunitas yang menerima politikus murni, mantan jenderal, pemilik media, tokoh terkenal, anak tokoh, petani, anak petani, anak pegawai negeri sipil, profesor, poligamis, doktor lulusan luar negeri, maupun yang bukan ini atau bukan itu dalam berkesempatan mewujudkan mimpi untuk bisa memajukan Indonesia. Siapa saja yang tulus hendak memajukan Indonesia, mempunyai mimpi dan kompetensi, di bidang apapun baik memimpin atau dipimpin adalah orang yang luar biasa. Inilah semangat nasionalisme yang harus kita jaga.
Kalau bukan kita, anak bangsa semuanya, lalu siapa lagi?
Clayton, 29 Juni 2014
Rakyat - Anak Pegawai Negeri Sipil
Dipa Nugraha
Mahasiswa* Monash University
PostScript:
1. Tanda bintang adalah tanda yang saya berikan setelah saya menghilangkan satu kata sesudah kata 'Mahasiswa' disebabkan telah terjadi persepsi yang tidak tepat mengenai kata itu. Kata 'PostScript' juga merupakan edit dari kata sebelumnya 'Lampiran'. Edit dilakukan pada tanggal 30 Juni 2014.
2. Jawaban Surat Terbuka Tasniem Fauzia yang ditulis Achmad Room Fitrianto dapat dibaca di:
http://sosbud.kompasiana.com/2014/06/27/menjawab-surat-terbuka-tasniem-fauzia-binti-amien-rais-untuk-joko-widodo-664769.html
3. Surat Terbuka kepada Jokowi tulisan Tasniem Fauzia dapat dibaca di:
https://www.facebook.com/tasniemrais/posts/514073089746