Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Jokowi – Ahok dan Kompor Meleduk

19 September 2012   05:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:15 1022 5
Ngomong-ngomong soal “Meleduk”, saya jadi teringat sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Sang Legendaris, Benyamin S. Liriknya kurang lebih seperti ini :

“Aaaah.... nya' banjir!”

“Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk.”
“Ruméh ané kebakaran garé-garé kompor mleduk.”
“Ané jadi gemeteran wara-wiri keserimpet.”
“Rumah ané kebanjiran garé-garé got mampet.”

“Ati-ati kompor meleduk.”
“Ati ané jadi dag-dig-dug, jatuh duduk.”
“Ayo-ayo bersihin got.”
“Jangan takut badan blépot.”

“Coba tenang jangan ribut jangan padé kalang kabut.”

“Aaaah....!”
******
Kalau bicara tentang lirik di atas, sudah dipastikan itu Betawi punya gaya. Tapi bukan itu yang akan saya share lebih jauh, sedikit intermezzo di awal-awal kan gak apa-apa ya.

Beberapa hari yang lalu, semua mata masyarakat Jakarta dan mungkin seluruh Indonesia tertuju pada suatu tayangan di salah satu televisi swasta. Ya, apalagi kalau bukan debat cagub dan cawagub menjelang putaran kedua ini. Banyak opini dan berita yang muncul dari tayangan tersebut. Berita-berita yang muncul untuk kubu Jokowi mulai menunjukkan titik terang dan mengarah pada pertanyaan “keseriusan” Jokowi jika suatu saat memimpin Jakarta. Tentu saja, semua berita itu muncul bukan karena semata-mata media yang mem blow up, tapi nyatanya berbagai opini masyarakat pun mulai mengarah pada hal tersebut.

Bagaimana dengan berita Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli? Tentu tak kalah hebatnya. Berbagai hujatan dan berita miring pun tetap muncul di berbagai media. Bahkan, ada juga yang menyanyangkan pertanyaan Fauzi Bowo pada Jokowi di akhir acara debat cagub tersebut karena dinilai lebih pada pertanyaan secara personal (semacam pertanyaan curhat gitu deh). Tapi, yang sangat mencengangkan justru malah jawaban yang Jokowi lontarkan. Intinya, Jokowi mencalonkan atau dicalonkan bukan lagi persoalan pengabdian, tapi juga ada kepentingan karir pribadi (sumber). Lah pak, kenapa ga dari dulu bicara seperti itu?

Fenomena terbaru adalah, sebuah berita dari dunia twitterland. Seorang Ustadz yang berinisial YM kabarnya dibully habis-habisan oleh akun para pendukung dan tim suksesnya Jokowi. Hal ini dikarenakan ustadz YM mengungkapkan sebuah kultwit tentang pemimpin yang tidak amanah. Merasa kepanasan, akhirnya akun timses Jokowi pun tak tinggal diam, seperti akun berikut ini (sumber) :
"@kurawa: tapi ingat tad substansi&timing anda bcr spt itu jgn pikir kita ini bodoh". Yusuf hanya menjawab "wooo... Maaf ya. Maafin saya. Ga mikir gitu koq".

@asbabul_junub: Ente dibayar berapa sama Foke? ustad abal2 ente nih". Kemudian dijawab dengan santai "(Maksudnya? Saya paham, pasti ttg tweet saya ya? Itu universal Pak)," balas YM sebutan nama Yusuf Mansyur


Lucu juga yaa, sepertinya menjelang pemilihan ini makin banyak yang panik dan mulai kepanasan, kompor-kompor sudah mulai dinaikkan dengan tingkat api yang mulai memerah. Sementara sang ustadz masih nyantei aja tuh. Ya karena niatnya tidak menyudutkan pihak manapun.

Lanjut berbicara soal Ahok. Jujur saja, beberapa hari yang lalu saya sempat memiliki rasa kagum sama Basuki Tjahya Purnama alias Ahok. Pada debat cagub dan cawagub yang ditayangkan oleh JakTV, saya meihat Ahok lebih mampu memberikan jawaban-jawaban yang teknis dan lebih cepat dibanding Jokowi. Saya sempat berandai-andai “Bagaimana kalau Fauzi Bowo berpasangan saja dengan Ahok?”, tentu akan menjadi pasangan yang pas. Tapi sayangnya perasaan itu kini mulai bias. Sikap murah senyumnya Ahok tak lagi membuat saya kagum. Sepertinya Ahok sendiri mulai memperlihatkan jati diri sesungguhnya, suka meremehkan dan arogan, seperti berita yang saya baca di sini,  tak dianya, pernyataan tentang “Manajemen Warteg jelek dan seburuk managemen TransJakarta”, menuai protes dan kekecewaan dari Ketua Penasehat Koperasi Warteg Jaya, Slamet Raharjo di Warteg Roso Utomo Jalan Cikoko Barat V, Jakarta Selatan. Belum lagi tentang rekam jejaknya sendiri yang suka berpindah-pindah haluan semasa menjabat. Wah wah, hati-hati Pak Ahok, jangan bikin dapur orang ngebul ya.

Nafas dulu deh, tenang yaaa pembaca... jangan kepanasan dulu.

Ok, kali ini jika kita berbicara hasil akhir pilkada putaran kedua ini, saya rasa keduanya akan memiliki kesempatan yang sama dalam memenangkan suara. Hal tersebut dilihat dari hasil putaran pertama yang selisih angkanya sedikit. Tapi melihat startegi yang diubah oleh tim Fauzi Bowo menjelang putaran kedua ini, kemungkinan pihak Jokowi harus lebih kerja keras lagi, minimal untuk mempertahankan suara yang sudah didapatnya di putaran pertama.

Menurut berita ini diprediksi Jokowi telah unggul dibandingkan Fauzi Bowo untuk kategori dunia maya, dan tim sukses Jokowi sukses bergerilya di ranah social media. Hal ini pun diperkuat dengan kepercayaan diri yang overload dari tim nya, bahwa mereka yakin akan memenangkan suara hingga 80% di putaran kedua nanti (sumber). Wah wah wah.... Nampaknya timses Pak Jokowi sangat percaya diri. Ibarat lagi manasin air mendidih, tapi karena terlalu percaya diri dan beranggapan kompornya aman, tidak disadari sewaktu-waktu tu kompor bakalan meleduk.

Apapun hasilnya, saya pribadi mengharapkan Jakarta Lebih Baik. Kalau mau di ubah, tentu butuh proses yang tidak cukup satu periode. Semua itu diperlukan managemen yang baik, pemikiran yang cerdas dan mampu merencanakan ke depan, bukan sekedar memberikan solusi saat ini saja.

Buat yang pada punya kompor, tolong dijaga ya kompornya, jangan sampe meleduk.
Yang mau komentar, “Coba tenang jangan ribut, jangan padé kalang kabut.”

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun