namaku zikir umurku 9 tahun
aku tidak sekolah
ayahku kawin lagi
karena dirinya miskin
ibuku mengais tong sampah
namaku zikir
aku tinggal di punge
tiap hari aku jalan keterminal seutui
dari hati kesetiap hati
aku coba mengetuk perhatian
untuk dapat makan sesuap nasi
kiranya tiap hati sibuk sendiri
menghitung-hitung ambisi dikedai kopi
jantungku berdebar makian mengintai
namaku zikir
tanpa sandal dan baju baru
kurenungi setiap langkah nasib
kata orang aku tak punya masa-depan
kata orang aku tak punya rasa-haru
kata orang aku tak punya harga-diri
tuhan, maafkan aku
karena namaku zikir
Seutui Kupie Atjeh, 13 Juli 2011