Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Artikel Utama

17.15

5 April 2015   21:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:30 40 5
(1) Petang ini masih sama anakku sayang.

Setelah kau lelah bermain selalu ada segelas susu hangat untuk kau teguk.

Ibu bertopang dagu di satu-satunya meja di rumah kita , satu-satunya meja yang kita punya untuk duduk berdua, melihatmu meminum susu.

Ya! segelas susu hangat buatan Ibu.



(2) Petang ini juga sama, seperti biasanya kau berlari pulang , berteriak memanggil panggilan kesayanganmu.

"Ibuuuu ..." , lalu seperti biasanya , akan ada susu hangat , dan satu senyuman panjang Ibu sambil menatapimu.

Meneguk susu dalam gelasmu dengan semangat dan nafas tak beraturan.

Ibu mau selalu tersenyum padamu petang hari nak. seperti petang ini, tak sehangat peluk-peluk yang terjadi di rumah lain memang,  tapi semoga satu senyum dan segelas susu ini menghangatkanmu. Selalu.



(3) Petang ini seperti petang kita yang  lain nak, kau tertawa bersama teman-temanmu menembus angin, berlarian mengejar kereta, slalu tepat pada jam ini kau pulang menagih minumanmu .

Tapi ini bukan petang, ini sudah tengah malam, Ibu tak ingat apa-apa.

Ibu hanya kembali berteriak lalu tak sadar lagi saat ingat kabar dari tetangga bahwa kau tertabrak kereta, terseret, dan hancur tercabik-cabik.



***



Ah ! tetangga yang bahagia itu ternyata pembohong nak. ternyata kau masih didepanku kini.

Tapi petang ini kau tak seperti biasanya anakku , mengapa tak kau teguk susumu dengan semangat seperti biasanya?

petang ini kau biarkan susu dalam gelasmu utuh.

mengapa sayang?

kau tak membiarkan Ibumu tersenyum seperti yang biasa kau lakukan di petang-petang lain?

tak membiarkan ibumu bangga membuatkan kau segelas susu yang menghangatkan petang yang kita punya.

(4) Petang ini sayang, Ibu masih membuatkan kau susu hangat. Seperti biasa , digelas yang sama, rasa yang sama, di meja kita yang sama.

Menatap nanar pada gelasmu yang penuh. bangkumu yang kosong.

Dengan hujan yang tak juga selesai di mata Ibu.

Seperti hujan diluar yang membuat Ibu gigil, susumu telah dingin, bangkumu tetap kosong, tawa tetangga tetap bahagia, dan tangis Ibu tetap lirih.



Dan, 14 petang di dua pekan susu di gelasmu selalu utuh nak.

Sampai Ibu lelah sendiri.

Sampai Ibu tak mau lagi sendiri.

Juga takkan Ibu biarkan lagi kau pergi sendiri.

-Dinny Rahma-

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun