Mohon tunggu...
KOMENTAR
Drama

Di Satu Hujan yang Lain

18 Maret 2013   09:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:34 133 1
Di kotaku, hampir tiap malam turun hujan

Dingin, mengingatkan akan kamu. Kamu yang memberi teduhan. Kamu yang memberi pelukan. Kamu yang memberi ketenangan.



Bersama kamu, gundah tak pernah singgah. Di sisi kamu, amarah berhujung gairah. Kamu kerap memberikan kedamaian, meski sering pula menciptakan kepahitan.



Masih ingatkah kamu malam itu, di satu hujan yang lain kita pernah bertengkar hebat? Kamu berteriak garang di tengah hujan yang tumpah. Rasanya sangat perih. Saking perihnya, hingga dingin hujan tak lagi terasa menusuk tulang. Aku tak tahu apa yang salah. Kamu meracau begitu saja seolah-olah aku telah berbuat dosa besar.



Langit hitam, semilir angin, tanah basah, aroma hujan, ranting pohon, rerumputan, berkata bahwa aku tak ada cela. Seluruh alam satu suara, membela. Tidakkah kala itu kamu mendengar mereka? Kemana janji saling percaya kamu bawa?



Genangan air di pelupuk mataku jatuh perlahan bersama titik hujan. Mungkin saat itu kamu lihat. Segera aku palingkan muka. Membalikkan badan, hendak meninggalkan kamu bersama amarah yang menembus jangat. Lantas kamu berlari ke arahku.



Malam itu, di satu hujan yang lain, kamu bersimpuh di kakiku. Memegangnya erat seraya menangis kencang. Persis anak kecil yang tak diberi jajan. Lirih kamu berkata: aku cemburu


Pluto, 2031

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun