Saat saya baru saja
online, tiba-tiba muncul di
TL twitter yang menyatakan telah di temukannya terowongan di Singojuruh, Banyuwangi. Hal itu sangat menarik minat saya untuk mencari info lebih lanjut dengan meng-klik
link yang menyertai status di
account twitter tersebut. Secara langsung saya teringat akan goa Surowono yang pernah saya kunjungi saat belajar di Kampung Inggris, Pare, Kediri. Adakah kesamaan antara dua goa tersebut? Setelah googling ternyata cuma sedikit persamaannya, yaitu sama – sama goa, gelap. Hehe.. tapi menurut saya perbedaan yang menonjol adalah adanya air yang menggenang di bawah goa. Di Goa Surowono harus rela basah kalau mau masuk ke dalamnya. Tapi kalau di terowongan Singojuruh, Banyuwangi? Mari kita baca sekilas artikel yang saya kutip dari
detikSurabaya.com. “
Baru saja ditemukan terowongan atau bisa juga disebut goa di Singojuruh, Banyuwangi. Terowongan ini secara tidak sengaja ditemukan oleh seorang warga saat hendak menggali sumur. Sejarawan Banyuwangi yang ikut meneliti pun mengungkap bahwa terowongan atau goa ini memiliki panjang 16 meter dan lebar 90 cm dari mulut goa. Dikatakan juga bahwa semakin ke dalam semakin lebar dan tinggi ruangnya. Di dalam goa ditemukan juga adanya stalagtit yang berusia puluhan tahun. Sayangnya, banyak yang rusak karena tersenggol warga yang penasaran masuk ke dalam goa. Salah satu sejarawan pun menjelaskan kemungkinan bahwa dulunya terowongan ini adalah saluran irigasi di abad ke-18 atau mungkin benteng pertahanan di masa peperangan melawan kolonial VOC/Belanda tahun 1771. Oleh sebab itu, selanjutnya tim sejarawan akan melaporkan temuan ini ke pihak terkait (Balai Kepurbakalaan di Bandung). “ Ternyata beda. Goa yang di Pare dan di Singojuruh, Banyuwangi berbeda. Kalau dari segi luas dan panjangnya, di Surowono ada 5 pintu yang berbeda.. jalannya bisa berdiri, jongkok, bahkan merangkak.
KEMBALI KE ARTIKEL