Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Capres Demokrat Tak Sehebat Jokowi, Itu Dusta

24 April 2014   06:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:16 869 4
Konvensi capres demokrat dilakukan untuk menjaring putra putra terbaik bangsa, komite konvensi telah mempunyai dasar yang kuat untuk menunjuk  putra putra terbaik bangsa berdasarkan track recordnya, dia yang diundang oleh panitia konvensi merupakan tokoh nasional, yang mempunyai kriteria sebagai calon presiden. Sebut saja, Yusril Ihza Mahendra, Jusuf Kala, Sri Mulyani, Mahfud MD, Rusdi Kirana, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Anis Baswedan, Sinyo Harry Sarundajang, Endiartono Sutarto, Marzuki Ali, Dino Patti Jalal, Irman Gusman, Pramono Edhi Wibowo, Hayono Isman, Ali Masykur Musa.

Dari nama nama diatas kita semua telah mengetahui bahwa mereka yang diundang adalah tokoh nasional dan merupakan praktisi dalam pemerintahan, minimal mereka telah memimpin suatu lembaga atau badan yang mempunyai jangkauan seluruh Indonesia.

4 tokoh yang pertama disebut menolak karena keberatan persyaratan yang diajukan, dan juga punya alasan pribadi, tapi secara umum mereka pun mengakui bahwa konvensi capres demokrat adalah ajang pendidikan politik untuk rakyat, di mana rakyat dapat mengenal secara langsung visi misi wawasan yang akan  mereka  gunakan dan lakukan untuk membangun bangsa.

11 peserta ini mengikuti konvensi ini bukan hanya untuk ambisi pribadi, tapi mereka ingin menyampaikan visi misi dan wawasan serta pengalaman mereka untuk membangun bangsa. Mereka adalah orang orang yang hebat di bidangnya, 1 mantan panglima TNI, 1 mantan kasad, 1 ketua DPR, 1 ketua DPD, 1 gubernur manado yang telah mengenal dan mengetahui situasi indonesia timur, 1 bekas menteri era suharto dan politisi handal, 1 menteri, 1 mantan menteri dan anggota BPK  dan 1 duta besar RI untuk amerika serikat. 1 ketua etik KPK , mereka bertarung untuk menegakkan demokrasi dalam membangun negeri.

Sayangnya peran media yang telah dikuasai oleh para pemiliknya yang nota bene pemimpin parpol membuat sepak terjang mereka kurang terekspose. Malah banyak usaha penggagalan agar mereka tak maju menjadi calon presiden tahun ini.

Mereka bukan saja tokoh tokoh yang mengetahui dan mampu mencari solusi atas masalah masalah dalam negeri tapi sepak terjang mereka telah terbukti mampu membawa nama Indonesia harum di dunia internasional.

Konvensi ini bukanlah Indonesia Idol atau ajang pencarian bakat, konvensi ini adalah untuk pengenalan calon pemimpin kepada rakyatnya, agar pada saat rakyat memilih calon pemimpinnya tidak seperti membeli kucing dalam karung. Telinga mereka tidak tertutup ketika finalis mengajukan pertanyaan, tujuannya agar mereka mengetahui satu sama salin kekuatan dan kelemahan yang dimiliki masing masing peserta konvensi, dan diharapkan pada akhirnya mereka dapat melengkapi satu sama lain.

Finalis terdiri dari seseorang yang memang menjadi pemerhati masalah masalah yang terjadi di Indonesia, dan terdiri dari para profesor profesor yang memang menjadi praktisi, bahkan Presiden SBY pun menjadi salah satu finalis dalam ajang konvensi ini. Waktu yang mereka dapatkan hanya dua menit untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tentang masalah repbulik ini, bisa dibayangkan kalau mereka bukan apa apa, dan bukan siapa siapa mereka takkan mampu menjawab pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan oleh finalis, malah banyak ide ide segar keluar dari mulut mereka yang dapat dijadikan kebijakan dalam membangun bangsa untuk lebih baik lagi ke depannya. Presiden SBY pun mengakui kehandalan mereka, dan mengundang mereka untuk tampil berani menghadapi capres capres dari luar konvensi ini.

Mari kita bandingkan, head to head capres konvensi dengan Jokowi. Kita tidak usah membicarakan Jokowi dibesarkan oleh media. Tapi sampai saat ini Jokowi sendiri belum mengeluarkan visi dan misi, entah bingung atau tidak tahu yang akan diperbuat untuk Indonesia kelak. Baiklah kita ambil visi misi Jokowi pada masa dirinya menjadi walikota solo dan DKI. Jokowi menjadi terkenal karena pengelolaan tata ruang, yaitu dengan cara Relokasi yaitu  pindahnya sekumpulan orang atau pedagang ke tempat yang sudah disediakan tanpa menimbulkan keributan. Begitu juga dengan yang terjadi di Jakarta, Jokowi hanya memanfaatkan rusunawa rusunawa yang telah dibangun oleh pemerintah pusat sebagai tempat relokasi, dan kelebihan dari Jokowi mampu memindahkan orang orang tersebut, ke rusunawa yang telah dibangun oleh pemerintah. Tapi kecerdikannya mampu ditonjolkan dengan blusukan blusukan sehingga kegiatan yang dilakukan ini merupakan tindakan yang fenomenal di mata rakyat. Selebihnya hanya ide ide yang dia dapat dari program program kerja gubernur sebelumnya yang  belum sempat diwujudkan. Tapi sayang Jokowi lemah dalam maintenance dan menjaga out put atau hasil akhir kerjanya. Sehingga semua visi misinya masih dianggap belum selesai dan menjadi PR oleh rakyat DKI. Beda halnya dengan Dino Patti Jalal yang mampu memperkenalkan Indonesia di mata Internasional, baik kesenian, atau pun undangan investasi ke Indonesia. Begitu juga halnya dengan Pramono Edhie yang mampu membuat TNI menjadi demokratis, dengan membuka semua ruang untuk media dalam mendamaikan antara polisi dan TNI dalam kasus cebongan, Belum lagi Gita Wirjawan yang mampu melobi menteri menteri perdagangan sehingga negara negara berkembang dan maju dapat mencapai kesepakatan dalam forum WTO di bali. Atau membuat keputusan hebat yang dilakukan jendral endiartono Sutarto dalam pembelian  Suchoi. yang membuat angkatan udara Indonesia dtakuti di asia tenggara, Itu hanya contoh sedikit  prestasi prestasi yang pernah dibuat oleh peserta konvensi, tapi bila semua visi misi dan wawasan anggota konvensi di gabung dan memberikan tongkat estafet kepada pemenang konvensi, apakah visi misi Jokowi akan mengalahkan atau lebih hebat dari capres konvensi. Itu nonsence, atau tidak masuk akal, atau lebih tepat DUSTA.

Marilah kita berpikiran jernih bukan hanya karena kekuasaan, kefanatikan, dan kepentingan, sehingga kepentingan bangsa harus dikorbankan, Berilah kesempatan yang terbaik untuk memimpin bangsa Ini, Indonesia memiliki banyak calon pemimpin yang mampu membangun Indonesia lebih baik lagi,daripada sekedar blusukan dan relokasi. Indonesia telah maju dalam tingkat ekonomi, warisan Pak SBY haruslah dipertahankan, bahkan ditingkatkan, jangan sampai warisan yang merupakan pemikiran dari partai partai politik dalam koalisi menjadi sia sia, karena kurang siapnya pemimpin baru dalam menghadapi masalah global dan masalah dalam negeri. sehingga Indonesia bukan lebih baik dari pemerintahan SBY tapi akan terpuruk karena salah urus, sehingga Indonesia menjadi terpuruk lagi. Dan ingat bila sudah terpuruk butuh lebih dari 10 tahun untuk bangkit lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun