Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Jangan Menjauh, Tapi Mendekatlah Kepada SBY

8 Mei 2014   08:09 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:44 136 3
Pernyataan pernyataan Presiden SBY yang sangat syarat dengan pengajaran politik bagi rakyat, ternyata dianggap sebagai serangan untuk melemahkan elektabilitas para capres yang akan bertanding memperebutkan kursi Presiden di tahun 2014 ini.  Para capres seolah berlomba lomba untuk mengcounter pernyataannya, jangan sampai menjadi polemik yang akan merugikan mereka pada saat pemilihan presiden kelak.

Bila kita simak secara menadalam semua pernyataan pernyataan beliau adalah bentuk sayang beliau kepada penerus pemerintahan setelah beliau lengser.

1. Pernyataan jangan mau didikte, Hal tersebut langsung disambar oleh capres Jokowi dengan pernyataan "Siapa yang mau mendikte saya". Kita sebagai rakyat jadi bingung, Pernyataan yang dikeluarkan oleh Pak SBY adalah normatif berdasarkan pengalaman beliau yang memang tidak bisa didikte oleh pihak asing, dan beliau (presiden SBY telah membuktikan dengan melunasi hutang IMF dan membubarkan CGI). BIla kita lihat dari pernyataan tersebut, sebenarnya itu adalah bentuk dukungan dan keyakinan dari Pak SBY bahwa ada sosok yang mampu meneruskan perjuangannnya selama ini, dan pesan yang dikirimkan beliau adalah pesan berantai yang didapat dari curhat rakyat kepada beliau. Lalu kenapa JOkowi harus membantahnya dan berpikir pernyataan Presiden SBY adalah bentuk suatu serangan yang akan mampu menjatuhkan dirinya jika tidak diklarifikasi dengan segera. Padahal cukup dengan mengatakan kepada Presiden SBY terima kasih dan akan selalu saya ingat pesan bapak Presiden, hal itu akan terbaca dan terdengar sangat bijak, karena posisi beliau masihlah gubernur DKI dan bukan ketua umum suatu partai atau pun capres definitif.

2. Pernyataan SBY mengenai Jangan pilih Calon Presiden seperti membeli kucing dalam karung.  Wajar bila seorang presiden memberikan pengajaran politik bagi rakyat untuk, benar-benar memiliki rekam jejak sosok calon presiden yang akan mewujudkan cita-cita masyarakat Indonesia yakni adil dan makmur. Dan untuk menjadi calon presiden Rakyat harus diberitahu visi misinya,  gagasan serta program kerja yang akan dilakukan oleh seorang capres ketika menjabat presiden kelak. jadi rakyat lebih dekat dan mengetahui tokoh yang akan dipilih sebagai pemimpin mereka,  hendak di bawa ke mana negeri ini? Mau dijalankan  seperti apa?  Rakyat butuh Capres yang mempunyai visi misi dan platformnya, dan bukan janji serta elektabilitasnya, Jangan biarkan masyarakat kita memilih capres seperti membeli kucing dalam karung.

3. Pernyataan SBY yang menyatakan saya tak pilih capres yang menasionalisasikan aset, SBY pun memberikan pengajaran politikagar rakyat tidak akan memilih capres tersebut jika tidak yakin dengan apa yang dijanjikan itu dapat dilaksanakan. Sebaliknya, ia akan memilih dan mengimbau kepada rakyat jangan memilih capres yang memiliki janji terlalu muluk dan tidak membawa manfaat bagi rakyat dan negeri ini. -  SBY menjelaskan Tapi kalau dia jadi presiden semua aset dinasionalisasi, semua kontrak sejak era Bung Karno, Pak Soeharto hingga era sekarang ini, hari ini kita nasionalisasi, besok kita dituntut di pengadilan arbitrase -- penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum -- lusa kita akan kalah. Ini berbahaya, dampaknya akan memporak-porandakan kita, dampaknya akan sangat dahsyat -

kenapa pernyataan pernyataan SBY tersebut menjadi suatu kehebohan malah menjadikan ketakutan tersendiri untuk para capres yang akan maju dalam pilpres mendatang?  Penulis yakin hal tersebut bukan karena pernyataan SBY sebagai seorang presiden, tapi karena Sosok pribadi beliaulah yang masih sangat berpengaruh untuk rakyat Indonesia.  Kita sama sama mengetahui bahwa setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintahan SBY, selalu melalui pertimbangan matang Pak SBY sebagai Presiden. Semua prestasi prestasi beliau yang telah mampu mengangkat harkat dan martabat Indonesia di mata Internasional, membuat rakyat Indonesia masih menaruh harapan besar kepada beliau, dalam menjaga kelanjutan kehidupan bangsa. Hal ini terbukti dari Exit poll dan survey yang  menyatakan bahwa 60 persen rakyat Indonesia masih sayang kepada Pak SBY, dan masih ingin dipimpin oleh Pak SBY. Tak heran bila Dino Patti Jalal menyebut Pak SBY adalah King Maker Koalisi, dan presiden yang ditunjuknya akan menjadi presiden pengganti SBY selanjutnya.  Dan itu hampir bisa dikatakan sebuah fakta bila kita menghitung secara matematika, hasil survey yang menyatakan SBY memiliki 60 persen suara ditambah Capres yang akan ditunjuknya sebagai penggantinya, otomatis akan mengalahkan semua capres yang ada saat ini.

Anomali yang terlihat adalah pernyataan pernyataan beliau dianggap sebuah serangan yang menghantam langsung ke jantung pertahanan para capres, dan tak ada seorang capres pun mau mengakui kelemahan dengan mendengarkan nasihat dari orang yang berpengalaman , dan mendekat untuk menyamakan platform demi kebaikan bangsa ke depannya. Mereka malah sibuk mencari alasan alasan sendiri yang ,mana mereka sendiri tak pernah mengenal bagaimana memimpin suatu pemerintahan layaknya seorang presiden.

Andaikan Demokrat tak mempunyai teman koalisi nanti dan harus meletakkan dirinya sebagai oposisi, yang dalam kesehariannya selain mendukung juga mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang ada, bagaimana mereka akan menghindar dari pernyataan pernyataan SBY nantinya yang mungkin akan benar benar menyerang  karena menurut kacamatanya sudah melenceng dari aturan. Hal ini tentunya akan menjadikan kerepotan tersendiri bagi pemerintahan mendatang.

Ingatlah SBY adalah seorang figur pemersatu, beliau mampu mensinergikan bawahan bawahan yang menjadi wewenangnya, sepak terjang dan prestasi beliau diakui internal dalam negeri dan dunia internasional. Janganlah menjauh tapi mendekatlah kepada beliau, yakin dan percaya salah satu dari kalian akan menjadi pemenang pilpres tahun ini satu putaran.  Insyaalloh, Aamiin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun