Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Brexit: Dampak Keluarnya Inggris dari Uni Eropa Terhadap Stabilitas Ekonomi Politik Global

25 Februari 2024   13:03 Diperbarui: 29 Februari 2024   09:26 170 6

Brexit merupakan istilah dari Britania Raya Exit yang menggambarkan situasi keluarnya Britania Raya (Inggris) dari aliansi negara-negara Uni Eropa.  Inggris resmi mengundurkan diri dari UE pada tanggal 31 Januari 2020, dan mulai mengganti kebijakan perdagangannya setelah berakhirnya masa  transisi pada tanggal 30 Desember 2020. 

Keputusan ini telah dilakukan melalui prosedur pemungutan suara yang menghasilkan sebanyak 51,9% suara memilih untuk mengeluarkan diri dari Uni Eropa pada tahun 2016, negosiasi telah dilakukan sejak selesainya pemungutan suara, namun pada akhirnya keputusan resmi terjadi pada tahun 2020. 

Keputusan tersebut dipengaruhi oleh anggapan bahwa adanya kebijakan UE yang terlalu mengekang Inggris dalam berbagai aspek terutama pada bidang ekonomi, perdagangan, dan imigrasi.

Hal tersebut tentu saja menimbulkan perubahan kemampuan diplomasi antara Inggris tidak hanya dengan UE bahkan dalam dunia internasional karena adanya perubahan kebijakan ekonomi dan politik Inggris. 

Bank of England sendiri beranggapan bahwa keluarnya Inggris dapat menyusutkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu ke depan. Inggris mengalami perlambatan perkembangan ekonomi sehingga mengalami pergeseran posisi Inggris dalam perdagangan internasional. 

Hal yang sama dirasakan oleh para investor asing yang merasa keputusan tersebut akan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi bagi Inggris, serta kebijakan baru yang belum pasti sehingga menimbulkan keraguan jika terbentuk kebijakan baru yang merugikan pihak investor. 

Berdasarkan data dari (UNCTD) United Nations Conference on Trade Development, sebanyak 6% jumlah investor menurun sejak adanya referendum brexit. 

Begitu pula dengan adanya penurunan jumlah ekspor dari Inggris ke UE menurut data dari Office for National Statistics (ONS) terdapat sebanyak 40,7% dimulai pada bulan Januari hingga Desember. Maka dari itu Inggris mengupayakan negosiasi perdagangan terhadap negara-negara non Uni Eropa. 

Dampak tersebut juga berpengaruh terhadap nilai mata uang pound sterling yang mengalami penurunan secara drastis terhadap dolar sebanyak 8% setelah adanya referendum pada tahun 2016 bahkan lebih rendah dari euro, Hal ini tentunya berdampak secara global.

Pada aspek politik sendiri, ketegangan antara Inggris dan UE masih berlangsung meskipun telah dibentuk kesepakatan perdagangan bersama antara kedua belah pihak tersebut yang berlangsung pada tahun 2020. 

Kesepakatan tersebut berlaku mulai tanggal 1 Januari tahun 2021 yang berisi mengenai penghapusan tarif segala jenis barang pertukaran antara kedua pihak. 

Namun tetap melalui prosedur pengecekan oleh bea cukai, kesepakatan ini meliputi aspek perikanan, keamanan, dan transportasi. Karena adanya ketegangan tersebut Inggris mengupayakan kerjasama bilateral di luar negara-negara Uni Eropa seperti dengan Amerika Serikat yang dianggap dapat menguntungkan bagi kedua belah pihak yang terkait.

Brexit merupakan salah satu contoh fenomena internal yang dapat mempengaruhi regulasi serta stabilitas ekonomi dan politik internasional. Negara harus benar-benar mempertimbangkan keputusan yang akan diambil karena hal tersebut bisa saja berdampak berkepanjangan, serta mempengaruhi individu-individu di dalamnya. Brexit merupakan gambaran tantangan dalam aspek politik dan ekonomi internasional. Serta bentuk aspirasi nasional dari Inggris dalam menentukan keputusannya, situasi ini juga mengingatkan kita bahwa adanya kerjasama internasional merupakan hal yang penting, begitu pula dengan memahami konsekuensi dari tindakan suatu negara terhadap aspek dinamika ekonomi politik internasional.


Daftar Pustaka

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun