Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Alam & Tekno

KKN FPB UKSW - Sosialisasi Pembuatan Pestisida Nabati dari Daun Mimba untuk Pengendalian Hama dan Penyakit yang Ramah Lingkungan di Desa Cukilan

11 April 2022   20:48 Diperbarui: 11 April 2022   20:54 714 2

Desa Cukilan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah merupakan Desa yang terkenal sebagai sentra cabai. Budidaya tanaman cabai tentu saja tidak terlepas dari masalah hama dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman cabai begitu kompleks sehingga membutuhkan keuletan untuk mengatasinya. Petani di Desa Cukilan biasanya mengendalikan hama dan penyakit tanaman cabai menggunakan pestisida sintetis. Biaya yang dikeluarkan petani untuk mengendalikan hama dan penyakit pun tidak sedikit, petani yang memiliki lahan dengan luas kurang lebih 1 hektar setidaknya membutuhkan kurang lebih Rp. 1.500.000 untuk mengendalikan hama dan penyakit sedangkan petani yang memiliki lahan yang luasnya kurang dari hektar membutuhkan kurang lebih Rp. 375.000 untuk mengendalikan hama dan penyakit. Namun penggunaan pestisida sintetis yang tidak tepat dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan petani dan konsumen, mikroorganisme non target serta dapat menyebabkan pencemaran lingkungan baik itu tanah dan air sudah dibuktikan melalui penelitian-penelitian.

Penelitian yang menjelaskan tentang pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida sintetis antara lain: hasil penelitian Sahabuddin (2012) residu pestisida memiliki aktifitas jangka panjang dan ketika terbawa air keluar dari areal pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan target seperti ikan, udang dan hewan air lainnya. Residu pestisida relatif mudah larut dan konsentrasinya cenderung meningkat dalam lemak dan sel sel tubuh mahluk hidup yang disebut biological amplification, sehingga jika masuk ke dalam mata rantai makanan konsentrasinya semakin tinggi dan tertinggi adalah konsumen puncak. Contohnya ketika dalam tubuh ikan kadarnya 6 ppm, di dalam tubuh burung pemakan ikan kadarnya meningkat menjadi 100 ppm dan akan meningkat terus sampai konsumen puncak. Selain itu, dari hasil penelitian Supriatna dkk (2021) penggunaan pestisida yang berlebihan akan mengakibatkan pH tanah turun, sehingga tanah menjadi asam dan menyebabkan kesuburannya menurun, selain itu, kandungan pestisida yang beracun akan mengendap di tanah dan berbahaya jika terjadi kontaminasi dengan manusia.

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan pestisida sintetis adalah penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah bahan aktif yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti tumbuhan atau bahan organik lainnya yang berperan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Penggunaan pestisida nabati ini tentu dapat menekan pengeluaran petani untuk membeli pestisida sintetis. Selain itu, pestisida nabati sangat ramah lingkungan karena residunya mudah terurai di alam serta tidak membahayakan kesehatan petani maupun konsumen. Salah satu bahan yang dapat dijadikan pestisida nabati adalah daun mimba tetapi biji dari tanama mimba juga bisa digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati. Mimba atau yang memiliki nama latin (Azadirachta indica A. Juss. ) adalah tanaman perdu yang merupakan famili Meliaceae. Mimba mengandung bahan aktif antara lain azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin.  Namun bahan aktif utama pada mimba adalah azadirachtin yang  merupakan racun  bagi  hama  dan  penyakit  tanaman. Bahan aktif ini dapat ditemukan baik  pada  daun maupun biji mimba.

Pestisida nabati dari daun mimba dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah pada cabai berdasarkan hasil penelitian Juanda dan Jayadi (2015) ekstrak daun mimba dapat menyebabkan kematian pada imago lalat buah (Bactrocera dorsalis L.) dengan rata-rata kematian 58% karena zat azadirachtin menghasilkan stimulan penolak makan yang mengganggu rangsangan untuk makan. Selain itu mekanisme kerja dari azadirachtin yakni dengan menghambat sistem komunikasi dalam proses pergantian kulit  yang  mengakibatkan  lalat buah tidak    mampu menghasilkan hormon-hormon penting dalam proses pergantian  kulit  sehingga  pergantian  kulit  gagal  yang  lama kelamaan  akan  menyebabkan  serangga  tersebut  mati. Pestisida nabati daun mimba tidak hanya dapat digunakan untuk mengendalikan hama lalat buah pada cabai saja tetapi juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama wereng padi punggung putih, wereng coklat, wereng hijau, ulat tritip, ulat penggerek daun jeruk, ulat tanah, ulat grayak, tungau, kumbang badak, thrips, lalat putih, semut, penggerek batang pisang, penggerek batang padi, lembing, bubuk beras dan bubuk jagung karena pestisida nabati daun mimba ini berspektrum luas sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan banyak jenis hama. Selain bersifat sebagai insektisida, ekstrak daun mimba juga berperan sebagai fungisida hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Paradisa dkk (2020) yang menyatakan bahwa pertumbuhan Colleotrichum gloesporoides yang merupakan cendawan penyebab penyakit antraknosa pada cabai dapat ditekan dengan pemberian ekstrak daun mimba. 

Pestisida nabati dari daun mimba tidak bekerja secara cepat seperti pestisida sintetis tetapi Kurniawati (2021) menyatakan bahwa senyawa aktif pada mimba bekerja dengan cara mempengaruhi daya makan, pertumbuhan, kemampuan reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, menurunkan daya tetas telur dan menghambat pembentukan kitin. Mimba juga dapat mempengaruhi tingkah laku serangga dan secara fisiologi serangga menjadi stress serta mengakibatkan kelaparan pada serangga yang terpapar pestisida nabati mimba. Selain bersifat sebagai insektisida, mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida maupun akarisida.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun