Film ini mengisahkan seorang pemuda remaja bernama Surya Jingga yang tumbuh besar dalam sebuah keluarga kecil dengan ayah ibu dan seorang adik perempuan di kota Bandung. Meskipun hidup berkecukupan (digambarkan dalam film rumahnya yang bernuansa rumah kuno zaman Belanda, dengan sebuah mobil sedan untuk satu keluarga, dan seekor anjing Beagle yang lucu), namun kedua orangtuanya, terutama ayahnya, tipikal orangtua-orangtua yang agak kolot karena agak sulit menerima kenyataan bahwa Jingga mengidap
low-vision, yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat dengan jelas selain gambar-gambar yang kabur. Sang ibu sebenarnya sudah menyadari kekurangan Jingga sejak ia berusia tujuh bulan, tetapi ayahnya selalu menyangkal dan menganggap penyakit ini akan hilang dengan sendirinya seiring ia tumbuh dewasa, sehingga kekurangan pada matanya ini tidak pernah dirawat dengan baik.
KEMBALI KE ARTIKEL