Jenderal TNI ( Purn ) H. Prabowo Subianto Djojohadikusomo merupakan anak dari seorang Ekonom yang memberikan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia yaitu Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, tidak hanya itu Keluarga Djojohadikusumo juga merupakan keturunan dari Raden Tumenggung Kertanegara, atau Panglima Laskar Diponegoro.
Tidak heran apabila Prabowo Subianto mewarisi Sebagian Kenegarawan, Sifat dan karakterisitik ayah serta leluhurnya, namun tampaknya Prabowo lebih mengikuti peran paman dan leluhurnya untuk mendalami karir militer. Kata "tampaknya" ternyata memang hanya jadi penghias karena Prabowo Subianto juga ikut turun mengikuti peran ayahnya dalam dunia politik, kita bisa saja menyebut bahwa Prabowo Subianto ini adalah Pewaris Unggul dalam keluarganya.
KARIR MILITER
Memiliki karir militer yang sangat mentereng dimulai dari tahun 1976 sebagai seorang Letnan dua di TNI Angkatan darat setelah lulus dari akademi militer di Magelang. Bertugas di Kopassandha yang pada saat itu merupakan pasukan khusus Angkatan darat sampai pada tahun 1985, salah satu pertamanya tak mudah yaitu sebagai Komandan Pleton Grup I yang menjalani Operasi Nanggala di Timor-Timur.
Pada saat usianya 26 Tahun Prabowo sudah dianggap sebagai salah satu Komandan pleton termuda dalam operasi, hal ini pula yang menaikan Nama Prabowo Subianto dalam Karir Militernya yang sudah tidak bisa dianggap biasa-biasa saja. Dalam Operasi Seroja Beliau memiliki peran yang sangat besar yaitu menangkap Nicolau Dos Reis Lobato, yang merupakan Perdana Menteri Fretilin pada masa itu.
Setelah itu semakin bersinarlah  karir Beliau, pada tahun 1985 Prabowo menjabat sebagai Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328, di Tahun 1991 menjadi kepala staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17, Selanjutnya pada tahun 1993, Prabowo Subianto Kembali ke pasukan khusus yang sudah berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus atau Kopassus sebagai Komandan grup 3/Sandi Yudha lalu diangkat Kembali menjadi Wakil Komandan komando di bawah Kepemimpinan Brigjen Agum Gumelar dan Brigjen Subagyo Hadi Siswoyo, Terakhir di Tahun 1995 beliau diangkat menjadi Komandan Jenderal Kopassus dengan pangkat Mayor Jenderal, sebelum Diberhentikan Prabowo sempat dipercaya sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat.
KARIR POLITIK
Setelah berhenti dari karir militer Prabowo sempat beralih ke dunia bisnis seraya berkarir di dunia Politik, karena sikap Patriotisme Prabowo Subianto tak bisa diragukan lagi, beliau memiliki tekat untuk ikut berkontribusi dalam mengubah keadaan bangsa pada saat itu dengan ide, visi, dan gagasan yang ia miliki.
Diawali pada tahun 2004, Prabowo diusung partai yang mendominasi pada saat itu yaitu Golkar untuk menjadi Calon Presiden Namun pada kesempatan itu Prabowo kalah dalam persaingan, sehingga memicu dirinya dan kolega-koleganya untuk mendirikan Partai Gerakan Indonesia Raya ( Gerindra ) pada tahun 2008.
Pada tahun 2009, Prabowo Kembali mencalonkan diri menjadi Wakil Presiden yang berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri, namun mereka kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono. Tidak Patah semangat dibarengi jiwanya yang selalu bergetar untuk sebuah ambisi untuk memimpin sebuah negara yang dicintanya, ia mencalonkan Kembali menjadi Presiden pada tahun 2014 berpasangan dengan Hatta Rajasa, namun Prabowo Subianto Kembali kalah oleh pasangan Joko Widodo dan Jusuf kalla, Tidak sampai disitu upaya untuk mencapai sebuah tujuan yang selalu menghantui Prabowo Subianto ia coba gapai Kembali pada pemilu tahun 2019 dengan berpasangan Bersama Sandiaga Uno, naas Prabowo Kembali kalah dengan selisih kecil oleh orang yang sama yaitu Joko Widodo.
Setelah Pemilu 2019 selesai, kabar mengejutkan muncul dalam dunia politik yaitu keputusan Prabowo untuk bergabung dengan Kabinet Pemerintahan Joko Widodo sebagai Menteri Pertahanan, Beliau beralasan karena beliau menilai bahwa Joko Widodo memiliki tujuan yang sama untuk kemajuan negara dan sehati untuk tanah air.
Selama Menjadi Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto menyadari bahwa Joko Widodo adalah politikus handal, beliau tidak segan belajar dari orang yang dahulu mengalahkannya 2 kali, yang hasilnya tidak mengkhianati Prabowo Subianto pada tahun 2024, Beliau Kembali mencalonkan sebagai calon presiden dan menang 1 Putaran Bersama Gibran Rakabuming Raka, yang sempat menjadi sorotan dan pemicu kontroversi pada saat pemilihan pasangannya, bagaimana tidak, Gibran adalah anak sulung dari Joko Widodo.
PEMIMPIN TANGAN BESI DI ERA MODERN
Pendekatan kepemimpinan yang ketat atau otoriter dalam pemerintahan seringkali menjadi bahan perdebatan panjang, terutama jika menyangkut tokoh-tokoh kunci yang memainkan peran penting dalam kancah politik suatu negara. Orang yang sering terkenal dengan gaya kepemimpinan ini adalah Prabowo Subianto yang telah membangun reputasi selama beberapa dekade sebagai pemimpin dengan prinsip dan disiplin yang kuat.
Pendekatan Kepemimpinan Prabowo sering digambarkan sebagai tangan besi yang membawa stabilitas, namun banyak yang mengkhawatirkan dampak dari gaya kepemimpinan tersebut, pendekatan kepemimpinan tegas dan keras ini juga sering dianggap sebagai sikap otoriter.
Sebagai seorang pemimpin, Prabowo dikenal dengan kemampuan kepemimpinannya yang tegas dan kadang dianggap keras. Pendekatan ini banyak dibentuk oleh latar belakang militernya, di mana disiplin dan ketegasan merupakan nilai penting. Dalam berbagai kesempatan, ia menunjukkan sikap proaktif terhadap isu-isu yang dianggap perlu segera diatasi, seperti masalah ekonomi, keamanan, dan ketertiban. Namun, ketegasan ini juga menimbulkan kritik dari berbagai kalangan yang melihatnya sebagai potensi untuk mengaburkan prinsip-prinsip demokrasi.
Salah satu aspek yang menguatkan penilaian Prabowo sebagai pemimpin tangan besi adalah pandangannya tentang stabilitas dan keamanan. Dalam konteks Indonesia, di mana keragaman etnis dan budaya sering kali memicu gesekan, Prabowo berargumen bahwa ketegasan diperlukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Namun, pandangan ini kerap kali dipertanyakan, terutama ketika tindakan tegas tersebut dapat berujung pada pelanggaran hak asasi manusia. Kritik ini mengingatkan kita akan sejarah kelam di masa lalu, di mana tindakan represif sering kali dilakukan atas nama stabilitas.
Di sisi lain, Prabowo juga memiliki basis dukungan yang kuat dari berbagai elemen masyarakat yang menginginkan perubahan. Ketidakpuasan terhadap pemerintah yang ada, terutama dalam hal pengelolaan ekonomi dan penegakan hukum, telah memberikan ruang bagi Prabowo untuk menawarkan solusi alternatif. Ia sering kali berbicara tentang pentingnya kebangkitan ekonomi nasional dan pemberdayaan rakyat. Namun, tantangan terbesar baginya adalah meyakinkan masyarakat bahwa ia mampu menciptakan perubahan tanpa mengorbankan prinsip-prinsip demokrasi.
Dalam era modern yang semakin kompleks, kehadiran pemimpin tangan besi seperti Prabowo memunculkan dilema. Di satu sisi, masyarakat membutuhkan pemimpin yang mampu mengambil keputusan tegas untuk menyelesaikan masalah-masalah mendesak. Di sisi lain, mereka juga menginginkan pemimpin yang menghormati hak asasi manusia dan prinsip-prinsip demokrasi. Ketegangan ini menciptakan suasana yang tidak nyaman dalam arena politik, di mana keputusan cepat dapat menghadapi backlash dari publik yang lebih peka terhadap isu-isu HAM.
KESIMPULAN
Kesimpulannya, Prabowo Subianto mencerminkan karakteristik pemimpin tangan besi dalam konteks politik Indonesia. Pendekatannya yang tegas dan pragmatis dapat dilihat sebagai upaya untuk membawa perubahan, namun juga berpotensi menimbulkan risiko terhadap demokrasi dan hak asasi manusia. Dalam menghadapi tantangan global dan domestik, penting bagi calon pemimpin masa depan untuk menemukan keseimbangan antara ketegasan dan penghormatan terhadap nilai-nilai demokratis. Dengan demikian, Indonesia dapat melangkah maju sebagai bangsa yang tidak hanya kuat, tetapi juga adil dan beradab