Saya bisa bayangkan bagaimana perasaan seorang pemuda pada tahun 1947 yang mendekam di penjara Bukit Duri. Pemuda ini dalam kesunyian membaca karya pengarang idolanya. Ia juga penulis walaupun belum punya nama seperti sekarang. Tapi pada saat bebas dan punya kesempatan bertemu idolanya, bersalaman dan saling menatap. Ia malah dapat sambutan yang menyakitkan. "O, ini yang namanya Pramoedya? Pram, kau itu bukan nulis, tapi berak!."Â
KEMBALI KE ARTIKEL