Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Bapak Anggito dan Artikel Opininya

17 Februari 2014   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:45 122 3
Media sosial punya kekuatan. Warga biasa menjadi punya pengaruh hebat. Setiap ketidakbenaran yang berlawanan dengan hati nurani dan common sense, akan menuai kontroversi. Apalagi hal yang dimaksud berasal dari public figure (pejabat negara misalnya). Kekuatan itu terbukti.

Awalnya hanya berupa sebuah artikel biasa di Kompasiana, sang penulis menduga Anggito Abimanyu, Dosen di sebuah PTN ternama, sekaligus pejabat Dirjen, melakukan plagiat dalam artikel opininya berjudul "Gagasan Asuransi Bencana" di Harian Kompas, 10 Februari 2014 lalu. Tulisannya sangat mirip (persis) dengan tulisan Hatbonar Sinaga berjudul "Menggagas Asuransi Bencana" yang dimuat di Kompas, 21 Juli 2006.

Masalah ini mencuat dan bergerak semakin heboh. Hari ini rencananya yang bersangkutan akan mengadakan konferensi pers dan akan mundur sebagai dosen (?).

Ini kita jadikan pelajaran. Sebagai penulis artikel opini kebencanaan pemula, saya menjadikan ini pelajaran. Jangan-lah menjadi monster narsis bertameng sekaligus sok pintar. Tulisan kita adalah pergulatan pikiran kita, punya esensi dan punya visi. Jangan sekedar supaya dimuat oleh koran. Untuk popularitas, angka kredit,uang (?)

Kejadian ini sekaligus jadi serangan dan pelajaran untuk redaktur opini Kompas. Selama ini kolom opini Kompas ibarat benteng besar dan megah, yang pintunya hanya terbuka untuk para pejabat tinggi negara, guru-guru besar atau pengamat/pemerhati kondang. Tulisan sebagus apa pun kalau berasal dari penulis pemula, sulit sekali masuk kolom opini Kompas. Biasanya akan mendapat balasan email pengembalian artikel dengan alasan "kesulitan mendapatkan tempat".

Terkadang tidak semua pejabat (public figure) bisa menjadi pemerhati/pengamat yang benar dalam artikel opini mereka. Ada konstruksi sistem yang belum tentu mereka pahami. Pernah sekali saya membaca artikel opini tentang kebencanaan di sebuah media lokal yang ditulis oleh seorang mantan wakil walikota.

Beliau menggunakan data-data BMKG dalam tulisannya. Tulisannya bagus, tetapi tetap ada konstruksi sistem yang beliau tidak pahami. Soal mitigasi bencana, siapa saja pun paham, kalau tujuan utamanya memang untuk mengurangi korban baik materi maupun harta benda. Siapa pun tahu itu, kalau memang hanya itu tujuan penulisan artikelnya. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun